Karena Kita Tak Pernah Tahu
* Abdul Ghofur
Dalam mempelajari Teori Sosiologi, hal yang pertama kali dikenalkan oleh bapak/ibu
dosen kepada kita adalah paradigma. Saudara masih ingatkan apa itu Paradigma Sosiologi?. Saya yakin
saudara masih ingat dengan baik apa itu
paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan prilaku sosial. Begitu juga
dengan tokoh-tokoh dan teori-teori yang ada dalam ketiga paradigma tersebut,
saya yakin saudara sudah menghafalkannya dengan amat baik. Mungkin jika ada
yang lupa, bisa kok lihat tabel di bawah ini:
Paradigma
|
Gambaran dasar pokok permasalahan
|
Teori
|
Metode
|
Eksemplar
|
FAKTA SOSIAL
|
Obyek :
·
Eksternal
·
Memaksa
·
Umum
|
STRUKTURAL FUNGSIONAL, KONFLIK, Teori
Sistem, dan Teori Sosiologi Makro
|
Metode Survei dengan Kuesioner dan wawancara
|
EMILE DURKHEIM
The Rules of Sociological Method, dan Suicide
|
DEFINISI SOSIAL
|
Subyek :
·
internal
·
bebas
·
khusus
|
·
TINDAKAN (Weber, Parsons), INTERAKSIONISME SIMBOLIK (Weber, Mac Iver,
Mead, Cooley,Thomas, Blumer), SOSIOLOGI FENOMENOLOGI (Weber,Schutz,Garfink)
|
Observasi /Pengamatan,
Interpretative-understanding/ verstehen (pemahaman)
|
MAX WEBER
Tindakan
Sosial
|
PERILAKU SOSIAL
|
Perilaku
manusia deterministik: penghargaan dan hukuman
|
PERILAKU
(Burgers & Bushell, Homans)
Teori Sosiologi Behavioral, dan Pertukaran (exchange
teory)
|
Eksperimen
|
B.F.SKINNER
Perilaku Sosial
|
Sumber
: ngutak-atiek bukune wonk.
Gimana, sudah ingat
kembali pastinya J. Sekarang, coba kita
telaah yuk, sebenarnya apa sih itu paradigma?, kenapa juga kita harus mempelajari
paradigma, toh alat analisis untuk penelitian kita menggunakan Teori? “gak ada kan bab kajian
paradigma dalam penulisan skripsi”.hmmmmm bingung gak?, atau bingung banget,
Aku juga.. L
Thomas Kuhn dalam karyanya berjudul The Structure of Scientific Revolution
memperkenalkan istilah Paradigma. Menurutnya, paradigma adalah satu kerangka
referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu
teori. Mengembangkan
dari konsep tersebut, saya mencoba mencurahkan pikiran saya ( INGAT jangan
percaya). Opini saya, Paradigma
Sosiologi adalah suatu sudut pandang dasar yang melatarbelakangi
pemikiran peneliti dalam menginterpretasikan kejadian-kejadian di masyarakat
sebagai pusat kajiannya. Mengutip dari Ritzer, dalam buku hasil saduran Alimandan versi terjemahan yang
berjudul “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”. Dalam buku itu,
Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam disiplin sosiologi.
Paradigma pertama adalah Fakta Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Emile Durkheim, seorang sosiolog “integrasi sosial” asal Perancis,
melalui dua karyanya, The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide
(1897). Dapat kita lihat tabel diatas, gambaran dasar pokok permasalahan
paradigma ini dipandang sebagai obyek : eksternal, memaksa, dan umum. Durkheim
membangun konsep fakta sosial yang kemudian diterapkannya dalam mempelajari
gejala bunuh diri, dan dimaksudkan untuk memisahkan sosiologi dari arena
psikologi dan filsafat. Menurut Durkheim, fakta sosial harus dinyatakan sebagai
sesuatu yang berada diluar individu dan bersifat memaksa. Ada dua tipe dasar
dari fakta sosial, yakni : struktur sosial dan pranata sosial. Paradigma ini
memandang tindakan individu sebagai tindakan yang ditentukan oleh norma-norma,
nilai-nilai, serta struktur sosial.
Paradigma kedua adalah Definisi Sosial, yang dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa tindakan sosial (social action). Weber tertarik
pada makna subyektif yang diberikan individu terhadap tindakan mereka, dan
tidak tertarik untuk mempelajari fakta sosial yang bersifat makro seperti
struktur sosial dan pranata sosial. Bagi Weber yang menjadi pokok persoalan
sosiologi adalah proses pendefinisian sosial dan akibat-akibat dari suatu aksi
serta interaksi sosial. Paradigma ini secara pasti memandang individu sebagai
orang yang aktif menciptakan kehidupan sosialnya sendiri, sementara struktur
dan pranata sosial hanya merupakan kerangka tempat proses pendefinisian sosial
dan proses interaksi berlangsung.
Paradigma ketiga adalah Perilaku Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh B. F. Skiner dengan meminjam pendekatan behaviorisme dari ilmu
psikologi (behavioral of man and contingencies of reinforcement). Paradigma
perilaku sosial menetapkan pokok persoalan sosiologi adalah perilaku atau
tingkah laku dan kemungkinan perulangannya, serta memusatkan perhatiannya
kepada hubungan saling pengaruh antara individu dan lingkungannya, atau dengan
kata lain tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor
lingkungan. Pandangan ini lebih mengarahkan pendekatannya pada psikologi,
dimana Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran
behaviourisme ke dalam sosiologi. Teori, gagasan, dan praktek yang dilakukannya
telah memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behaviour.
Pengetahuan tentang adanya tiga
paradigma ini berkaitan dengan penganutan dalam mempelajari konsep-konsep dan Teori-teori Sosiologi Klasik. Sebagai
salah satu contoh, teori konflik dan
teori fungsionalisme struktural. Sepintas konsep-konsep yang ada diantara
keduanya terkesan bertentangan, namun jika ditelaah lebih dalam ternyata teori fungsionalisme struktural dan teori konflik lebih banyak kesamaannya ketimbang perbedaannya, karena keduanya
tercakup dalam satu paradigma (paradigma fakta sosial). Menjadi jelas
disini bahwa dalam mempelajari sosiologi dan melakukan pendekatan dengan
menggunakan konsep-konsep sosiologi, kita harus memahami benar tentang
keragaman konsep yang muncul, serta pendekatan-pendekatan yang nampaknya
bertentangan, serta kemungkinan adanya perbedaan paradigma yang mungkin menjadi
penyebabnya.
Mendengar Curcol Ibu Dosen kita tercinta ( Bu Lilis, saat menguji skripsi), “ Mengapa saudara menggunakan
teori….dalam penalitian saudara?”, jawaban mahasiswa,
”Karena teori tersebut BERKAITAN
dengan …..penelitian saya”. Menurut beliau pertanyaan tersebut selalu terjawab
dengan kata BERKAITAN, sepertinya
sudah menjadi “PITAKON KUBUR” bagi mahasiswa. Memang jawaban tersebut
tidak salah, akan tetapi seolah-olah teori hanyalah sebuah dogma yang tidak memerlukan penjelasan dan tidak mampu menjelaskan
kenyataan sosial. Padahal, pada dasarnya teori dibangun dari aksioma/postulat (suatu kebenaran yang
tidak memerlukan pembuktian), asumsi
(dugaan dasar yang dapat diterima), proposisi
(rancangan usulan), hipotesis
(dugaan yang harus dibuktikan kebenarannya), Penelitian (cara ilmiah untuk menguji hipotesis), konsep (ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkret), penelitian
lagi, dan jadilah teori
(pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumentasi).
Lalu bagaimana agar “PITAKON KUBUR” bisa terjawab dengan
tepat?. Kembali lagi ke pembahasan awal,mengapa kita harus memahami paradigma?.
Dalam tulisan ini saya berpendapat bahwa pentingnya mempelajari paradigma yaitu
untuk memudahkan peneliti menentukan landasan teori yang tepat dalam
penelitian. Dengan memahami paradigma, kita dapat memilah dan memilih paradigma
yang sesuai dengan kajian/objek penelitian, menentukan teori (formal theory and
substantif theory) yang tepat, serta konsep-konsep untuk menjelaskan kenyataan
sosial. Insaallah “pitakon kubur” tidak lagi menjadi permasalahan klasik buat
kita… Amien…
NB:
ü Menerima kritik dan
saran untuk perbaikan tulisan ini (kalau ada ejekan dalam bahasa krama inggil ya).
ü Bagi yang tertarik
maupun yang biasa aja dengan tulisan ini, datang yuh ke acara diskusi mingguan, kita kupas bareng-bareng mengenai paradigma
sosiologi.
ü Menuju SosAnt yang
berbasis lokal berwawasan internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar