Minggu, 21 Oktober 2012

AKULTURASI


A.      Pengertian Akulturasi Menurut Para Ahli
1)        Menurut Koentjaraningrat
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri  tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

2)        Menurut  Gillin & Gillin 
Dalam bukunya “culture Sosiology”, memberikan definnisi mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat- masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada percampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.

3)        Menurut Harsoyo
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.

4)        Menurut Krober
Akulturasi itu meliputi perubahan didalam kebudayaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan lain, yang akhirnya menghasilkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.
Menurut Krober, difusi adalah salah satu aspek akulturasi.

5)        Menurut Redfield, Linton, Herskovits
Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak secara terus menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.

6)        Menurut  Arnold M.Rose
       the adoption by a person or group of the culture of another social group."
"adopsi oleh orang atau kelompok budaya lain kelompok sosial".
7)        Menurut  Garbarino
"Acculturation (is) the process of culture change as a result of long term, face to face contact between two societies".
Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat ".

8)        Menurut Ta Chee Beng
"Acculturation is the kind of cultural change of one ethnic group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another ethnic group (B) such that certain cultural features of A become similar or bear some resemblance to those of B".
“Akulturasi adalah jenis perubahan budaya dari satu kelompok etnis atau populasi tertentu dari kelompok etnis (A) dalam hubungannya dengan kelompok lain (B) sedemikian rupa sehingga budaya tertentu fitur dari A menjadi serupa atau beruang kemiripan kepada mereka dari B”.

9)        Menurut  Robert E.Park dan Ernest W.Burgess
“comprehends those phenomena which result when groups of individuals having different culture comes into continous first hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns of either or both groups".
       “Memahami fenomena yang terjadi ketika kelompok individu yang memiliki budaya yang berbeda datang ke dalam kontak tangan terus pertama, dengan perubahan berikutnya dalam pola-pola budaya asli dari salah satu atau kedua kelompok”.

Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Akulturasi adalah proses berpadunya kebudayaan lokal dengan kebudayaan yang berasal dari luar/asing, lalu menghasilkan kebudayaan baru. Menurut saya Akulturasi dapat menimbulkan dua efek, yang pertama yaitu efek yang dapat dikatakan menguntungkan dan bernilai positif, dapat dikatakan seperti itu karena dari proses akulturasi tersebut dapat menghasilkan kebudayaan baru yang tinggi nilainya, dan memiliki manfaat. Sedangkan efek yang kedua menurut saya adalah efek yang negatif, dikatakan begitu sebab hasil dari akulturasi tersebut juga dapat  memberikan efek tidak baik atau negatif terhadap masyarakat, dan tidak memilki manfaat.
Akulturasi dapat terjadi selama adanya kontak antar manusia. Dari pernyataan tersebut dapat saya simpulkan bahwa yang memegang peranan penting dalam terjadinya akulturasi tersebut adalah manusia. Apabila ingin dampak dari akulturasi tersebut bernilai positif atupun berdampak negatif, semua itu tergantung pada manusianya dalam menerima kebudayaan asing, mana yang ingin ia serap dan yang ingin diakulturasikan. Di sinilah akal pikiran manusia dipakai, yaitu untuk memfilter kebudayaan asing mana yang ingin dia serap.

B.       Proses Terjadinya Akulturasi
      Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan lain yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan lain tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan manusia telah terjadi dalam masa-masa yang silam. Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan , pemerintahan, dan sebagainya. Pada saat itulah unsur-unsur kebudayaan saling bercampur dan menyusup. Selain itu proses migrasi juga dapat memberikan peran dalam mendukung terjadinya akulturasi. Beberpa masalah yang menyangkut proses akulturasi adalah sebagai berikut :
1.      Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima?
2.      Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima?
3.      Individu-individu manakah yang cepat menerima kebudayaan baru?
4.      Ketegangan-ketegangan apakah yang timnul akibat akulturasi?
Berdasarkan masalah-masalah tersebut maka perlu kita kaji lebih jauh, agar kita dapat mengetahui lebih jelas mengenai hal itu dan dapat menemukan solusinya.
1.    Pada umumya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima pada masyarakat Indonesia, diantaranya :
v  Unsur kebudayaan material (benda), seperti alat dan peralatan hidup yang mudah dipakai dan dirasakan manfaatnya.
v  Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio transistor yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat media massa.
v  Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin pertanian yang cocok untuk masyarakat Indonesia yang agraris.

2.    Selain itu adapun unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh suatu masyarakat, biasanya mengenai hal-hal berikut :
v  Unsur kebudayaan yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan sebagainya.
v  Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi, yaitu sosialisasi yang terjadi pada keluarga.

3.    Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua dianggap orang-orang kolot yang sulit menerima kebudayaan baru. Hal ini disebabkan karena norma-norma tradisiolnal pada orang tua sudah mendarah daging dan menjiwai (internalized). Sedangkan pada generasi muda unsur-unsur atau norma-norma tradisional belum mantap dalam jiwanya, sehingga lebih menerima unsur-unsur budaya baru yang mungkin dapat mengubah kehidupan mereka.

4.    Proses akulturasi dalam masyarakat tidak selalu berjalan lancar, seimbang dan memberikan manfaat yang positif. Disisi lain pasti selalu ada kelompok yang suksr sekali atau bahkan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam golongan masyarakat tersebut dianggap sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat.

C.    Faktor- faktor yang Mempengaruhi Proses Akulturasi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya akulturasi pada masuyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :
v Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
v Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya akulturasi pada masyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :
v Vested Interested, yaitu adanya kepentingan daerah yang bersifst khusus.
v Tingginya sifat kedaerahan atau yang biasa disebut primordialisme.
v Munculnya etnosentrisme, anggapan bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan lain.

D.      Wujud  Akulturasi Pada Masyarakat Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia proses akulturasi dapat dilihat dari berbagai bentuk, untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1)       Upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu bali, merupakam perpaduan dari kepercayaan upacara Hindu-Budha. Upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. Hal ini bisa terjadi karena sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda denagan agama Hindu-Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia yaitu upacara Nyepi.

2)       Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

Wujud akulturasi dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan pendeta), kasta Ksatria (golongan prajurit dan bangsawaan), kasta Waisya (golongan pedagang), dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidaak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India, karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

3)       Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.

4)       Wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.

5)       Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.

E.       Manfaat Akulturasi
Proses akulturasi pada masyarakat juga memberikan pengaruh yang bersifat positif, diantaranya sebagai berikut :
1.      Terjadi perubahan kebudayaan kearah yang lebih maju, dimana budaya masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi.
2.      Pembauran kebudayaan, terciptanya kebudayaan baru yang lebih maju.
3.      Modernisasi, dan
4.      Memperkaya keberagaman budaya.

F.     Dampak Akulturasi
Proses akulturasi yang terjadi pada masyrakat Indonesia tidak selalu berjalan baik, seiring dengan perkembangan kebudayaan terdapat berbagai dampak-dampak yang disebabkan dengan adanya perpaduan kebudayaan tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.      Kegoncangan Budaya (culture shock), terjadi jika seseorang dihadapkan pada budaya baru muncul sebagai akibat warga masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi, sebagai akibat adanya perbedaan yang tajam antara cita-cita dengan kenyataan.
2.      Penetrasi Budaya, dimana adanya pengaruh suatu kebudayaan pendatang terhadap kebudayaan asli.
3.      Kesenjangan Budaya (culture lag), fenomena masyarakat umum karena kecenderungan budaya material berkembang dan berubah dengan cepat sementara non-materi budaya cenderung untuk menolak perubahan dan tetap untuk jangka waktu tertentu.
4.      Melemahnya nilai-nilai budaya bangsa, pergeseran budaya luhur masyarakat pribumi.


G.      Solusi Pemecahan Masalah Akibat Akulturasi
Untuk menanggapi masalah-masalah yang timbul karena dadanya proses akulturasi yang kurang sempurna, maka dibutuhkan beberapa solusi agar kedepanbnya proses akulturasi dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat. Solusi- solusi tersebut yaitu :
1.       Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2.      Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
3.      Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4.      Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
5.      Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.

5 komentar:

  1. Maaf, bisa minta tolong dimana jual buku tentang akulturasi?mksh. mhn balas

    BalasHapus
  2. kita juga punya nih artikel mengenai 'Akulturasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1571/1/Artikel_10504179.pdf
    trimakasih
    semoga bermanfaat

    BalasHapus
  3. kita juga punya nih artikel mengenai 'Akulturasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1571/1/Artikel_10504179.pdf
    trimakasih
    semoga bermanfaat

    BalasHapus