A. Pengertian Akulturasi Menurut Para
Ahli
1)
Menurut Koentjaraningrat
Akulturasi
adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2)
Menurut Gillin
& Gillin
Dalam
bukunya “culture Sosiology”, memberikan definnisi mengenai akulturasi sebagai
proses dimana masyarakat- masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami
perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada
percampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
3)
Menurut Harsoyo
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika
kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu
dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian
menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu
kelompok atau kedua-duanya.
4)
Menurut Krober
Akulturasi
itu meliputi perubahan didalam kebudayaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh
dari kebudayaan lain, yang akhirnya menghasilkan makin banyaknya persamaan pada
kebudayaan itu.
Menurut
Krober, difusi adalah salah satu aspek akulturasi.
5)
Menurut Redfield, Linton, Herskovits
Akulturasi
meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia
yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak
secara terus menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan
yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
6)
Menurut Arnold M.Rose
“ the adoption by a person or group of the
culture of another social group."
"adopsi
oleh orang atau kelompok budaya lain kelompok sosial".
7)
Menurut Garbarino
"Acculturation
(is) the process of culture change as a result of long term, face to face
contact between two societies".
“Akulturasi
(adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka panjang, tatap muka
kontak antara dua masyarakat ".
8)
Menurut Ta Chee
Beng
"Acculturation is
the kind of cultural change of one ethnic group or a certain population of
ethnic group (A) in relation to another ethnic group (B) such that certain
cultural features of A become similar or bear some resemblance to those of
B".
“Akulturasi adalah jenis perubahan budaya dari
satu kelompok etnis atau populasi tertentu dari kelompok etnis (A) dalam
hubungannya dengan kelompok lain (B) sedemikian rupa sehingga budaya tertentu
fitur dari A menjadi serupa atau beruang kemiripan kepada mereka dari B”.
9)
Menurut Robert E.Park dan Ernest W.Burgess
“comprehends those phenomena which result when
groups of individuals having different culture comes into continous
first hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns
of either or both groups".
“Memahami
fenomena yang terjadi ketika kelompok individu yang memiliki budaya yang
berbeda datang ke dalam kontak tangan terus pertama, dengan perubahan
berikutnya dalam pola-pola budaya asli dari salah satu atau kedua kelompok”.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak
menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Akulturasi
adalah proses berpadunya kebudayaan lokal dengan kebudayaan yang berasal dari
luar/asing, lalu menghasilkan kebudayaan baru. Menurut saya Akulturasi dapat
menimbulkan dua efek, yang pertama yaitu efek yang dapat dikatakan
menguntungkan dan bernilai positif, dapat dikatakan seperti itu karena dari
proses akulturasi tersebut dapat menghasilkan kebudayaan baru yang tinggi
nilainya, dan memiliki manfaat. Sedangkan efek yang kedua menurut saya adalah
efek yang negatif, dikatakan begitu sebab hasil dari akulturasi tersebut juga
dapat memberikan efek tidak baik atau
negatif terhadap masyarakat, dan tidak memilki manfaat.
Akulturasi
dapat terjadi selama adanya kontak antar manusia. Dari pernyataan tersebut
dapat saya simpulkan bahwa yang memegang peranan penting dalam terjadinya
akulturasi tersebut adalah manusia. Apabila ingin dampak dari akulturasi
tersebut bernilai positif atupun berdampak negatif, semua itu tergantung pada
manusianya dalam menerima kebudayaan asing, mana yang ingin ia serap dan yang ingin
diakulturasikan. Di sinilah akal pikiran manusia dipakai, yaitu untuk memfilter
kebudayaan asing mana yang ingin dia serap.
B. Proses Terjadinya Akulturasi
Akulturasi terjadi bila suatu kelompok
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan
lain yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan lain tersebut lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan
manusia telah terjadi dalam masa-masa yang silam. Biasanya suatu masyarakat
hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka
terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan , pemerintahan,
dan sebagainya. Pada saat itulah unsur-unsur kebudayaan saling bercampur dan
menyusup. Selain itu proses migrasi juga dapat memberikan peran dalam mendukung
terjadinya akulturasi. Beberpa masalah yang menyangkut proses akulturasi adalah
sebagai berikut :
1.
Unsur-unsur kebudayaan asing manakah
yang mudah diterima?
2.
Unsur-unsur kebudayaan asing manakah
yang sulit diterima?
3.
Individu-individu manakah yang cepat
menerima kebudayaan baru?
4.
Ketegangan-ketegangan apakah yang
timnul akibat akulturasi?
Berdasarkan masalah-masalah tersebut maka perlu kita
kaji lebih jauh, agar kita dapat mengetahui lebih jelas mengenai hal itu dan
dapat menemukan solusinya.
1.
Pada umumya unsur-unsur kebudayaan
asing yang mudah diterima pada masyarakat Indonesia, diantaranya :
v
Unsur kebudayaan material (benda), seperti
alat dan peralatan hidup yang mudah dipakai dan dirasakan manfaatnya.
v
Unsur-unsur yang terbukti membawa
manfaat besar, misalnya radio transistor yang banyak membawa kegunaan terutama
sebagai alat media massa.
v
Unsur-unsur yang dengan mudah
disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut,
seperti mesin pertanian yang cocok untuk masyarakat Indonesia yang agraris.
2.
Selain itu adapun unsur-unsur
kebudayaan yang sulit diterima oleh suatu masyarakat, biasanya mengenai hal-hal
berikut :
v
Unsur kebudayaan yang menyangkut
sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan sebagainya.
v
Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf
pertama proses sosialisasi, yaitu sosialisasi yang terjadi pada keluarga.
3.
Pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu-individu yang cepat menerima kebudayaan asing yang masuk
melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua dianggap orang-orang kolot
yang sulit menerima kebudayaan baru. Hal ini disebabkan karena norma-norma
tradisiolnal pada orang tua sudah mendarah daging dan menjiwai (internalized).
Sedangkan pada generasi muda unsur-unsur atau norma-norma tradisional belum
mantap dalam jiwanya, sehingga lebih menerima unsur-unsur budaya baru yang
mungkin dapat mengubah kehidupan mereka.
4.
Proses akulturasi dalam masyarakat
tidak selalu berjalan lancar, seimbang dan memberikan manfaat yang positif.
Disisi lain pasti selalu ada kelompok yang suksr sekali atau bahkan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan
dalam golongan masyarakat tersebut dianggap sebagai keadaan krisis yang
membahayakan keutuhan masyarakat.
C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi
Proses Akulturasi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya akulturasi
pada masuyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :
v Masyarakat
Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan
Indonesia.
v Kecakapan
istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah local
genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan
asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Faktor-faktor
yang menghambat terjadinya akulturasi pada masyarakat Indonesia, diantaranya
sebagai berikut :
v Vested
Interested, yaitu adanya kepentingan daerah yang bersifst khusus.
v Tingginya
sifat kedaerahan atau yang biasa disebut primordialisme.
v Munculnya
etnosentrisme, anggapan bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan
lain.
D.
Wujud Akulturasi Pada Masyarakat Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia proses akulturasi dapat
dilihat dari berbagai bentuk, untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1)
Upacara
Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu bali, merupakam perpaduan dari
kepercayaan upacara Hindu-Budha. Upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat
Hindu di India. Hal ini bisa terjadi karena sistem kepercayaan yang berkembang
di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan
Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia,
masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan
kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami
sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti
perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda denagan agama Hindu-Budha yang dianut oleh masyarakat
India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang
diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia yaitu upacara Nyepi.
2)
Dalam pemerintahan,
sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan
sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan
atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi
dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Wujud
akulturasi dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan,
yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta
menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan pendeta), kasta
Ksatria (golongan prajurit dan bangsawaan), kasta Waisya (golongan pedagang),
dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau
dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidaak sama persis dengan
kasta-kasta yang ada di India, karena kasta India benar-benar diterapkan dalam
seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di
Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
3)
Wujud akulturasi dalam bidang
pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun
saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun
sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
4)
Wujud akulturasi dari peralatan
hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi
tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di
Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di
Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar
teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan
yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
5)
Wujud akulturasi dalam bidang
bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda
temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan
pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 -
7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di
gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti
peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya
penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi)
dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti
Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
E. Manfaat Akulturasi
Proses
akulturasi pada masyarakat juga memberikan pengaruh yang bersifat positif,
diantaranya sebagai berikut :
1.
Terjadi perubahan kebudayaan
kearah yang lebih maju, dimana budaya masyarakat dapat mengikuti perkembangan
teknologi.
2.
Pembauran kebudayaan, terciptanya
kebudayaan baru yang lebih maju.
3.
Modernisasi, dan
4.
Memperkaya keberagaman
budaya.
F. Dampak Akulturasi
Proses
akulturasi yang terjadi pada masyrakat Indonesia tidak selalu berjalan baik,
seiring dengan perkembangan kebudayaan terdapat berbagai dampak-dampak yang
disebabkan dengan adanya perpaduan kebudayaan tersebut, diantaranya sebagai
berikut :
1.
Kegoncangan Budaya (culture shock),
terjadi jika seseorang dihadapkan pada budaya baru muncul sebagai akibat warga
masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi, sebagai akibat adanya perbedaan
yang tajam antara cita-cita dengan kenyataan.
2.
Penetrasi Budaya, dimana adanya
pengaruh suatu kebudayaan pendatang terhadap kebudayaan asli.
3.
Kesenjangan Budaya (culture lag),
fenomena masyarakat umum karena kecenderungan budaya material berkembang dan
berubah dengan cepat sementara non-materi budaya cenderung untuk menolak
perubahan dan tetap untuk jangka waktu tertentu.
4.
Melemahnya nilai-nilai budaya
bangsa, pergeseran budaya luhur masyarakat pribumi.
G. Solusi Pemecahan Masalah Akibat
Akulturasi
Untuk menanggapi masalah-masalah yang
timbul karena dadanya proses akulturasi yang kurang sempurna, maka dibutuhkan
beberapa solusi agar kedepanbnya proses akulturasi dapat berjalan dengan baik
dan memberikan manfaat. Solusi- solusi tersebut yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang
perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan
aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa
pada umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa
perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi
kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak
merugikan dan berdampak negative.
5.
Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima
kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu
berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
Maaf, bisa minta tolong dimana jual buku tentang akulturasi?mksh. mhn balas
BalasHapuskita juga punya nih artikel mengenai 'Akulturasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1571/1/Artikel_10504179.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat
kita juga punya nih artikel mengenai 'Akulturasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1571/1/Artikel_10504179.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat
Thanks infonya.
BalasHapusthanks, izin copy
BalasHapus