BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat majemuk, baik itu
dalam suku, agama, keyakinan, dan cara
berpikir. Salah satu kemajemukan di Indonesia saat ini adalah kemajemukan jenis aliran-aliran musik.
Kemajemukan ini mengkotak-kotakan masyarakat Indonesia, hal ini ditandai dengan
munculnya kelompok-kelompok aliran musik. Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan-perbedaan individu
dalam penerimaan kebudayaan (musik) dan terjadinya penyatuan dalam kelompok
yang didasari oleh kesamaan dalam musik.
Perbedaan-perbedaan antar
kelompok-kelompok aliran musik tidak jarang menjadi pemicu dari
kesalahpahaman yang berujung menjadi perselisihan, dan tidak jarang berubah
menjadi kekerasan dan kerusuhan. Untuk itu
perlu dicari suatu solusi yang tepat dalam mengatasi dampak-dampak negatif yang
ditimbulkan oleh multikultural aliran musik. Dan
sebelum dapat menemukan solusi-solusi tersebut, multikultural sendiri perlu
ditelaah lebih lanjut agar manambah pemahaman tentang multikulturalisme, dan
tentunya mencari solusinya.
Perkembangan
industri musik di Ind
onesia sangatlah pesat, bahkan sampai menembus pasaran internasional (mengglobalisasi). Seiring dengan perkembangan tersebut banyak bermunculan band- band baru maupun penyanyi solo. Hal itu membawa inovasi- inovasi baru pada aliran musik. Aliran- aliran musik yang semulanya dikenal di Indonesia hanya pop, rock, dan dangdut, sekarang ini berkembang dan bertambah jumlahnya.
onesia sangatlah pesat, bahkan sampai menembus pasaran internasional (mengglobalisasi). Seiring dengan perkembangan tersebut banyak bermunculan band- band baru maupun penyanyi solo. Hal itu membawa inovasi- inovasi baru pada aliran musik. Aliran- aliran musik yang semulanya dikenal di Indonesia hanya pop, rock, dan dangdut, sekarang ini berkembang dan bertambah jumlahnya.
Aliran- aliran
musik di Indonesia membentuk kelompok- kelompok bagi para pencintanya, baik itu
dari genre musik itu maupun dari band atau penyanyi solo yang membawa aliran
musik tersebut. Bisa dikatakan pembentukan kelompok ini berdasarkan penerimaan
masyarakat terhadap industri musik.
Masyarakat
Kabupaten Batang terdiri dari berbagai unsur – unsur perbedaan, salah satu
diantaranya adalah perbedaan pada aliran musik. Pencinta aliran musik di
Kabupaten Batang terbagi dalam berbagai kelompok. Kelompok pop, rock, metal atau underground, punk, reage dan grunge. Masing- masing aliran tersebut membentuk komunitasnya yang berdiri
sendiri.
Selain kelompok- kelompok aliran musik terbentuk dari genrenya, ada pula
yang terbentuk karena adanya kesamaan band- band yang dijadikan idolanya,
seperti J-rockstar (J-rock), vierania (veira), killmstreet (killingme inside), party dorkrs (PW gaskin), ST Setia (ST12), slankers (slank) dan
outsider (SID). Dengan adanya multikultural tersebut tentunya memberikan
kosekuensi terhadap kehidupan masyarakat (terutama kelompok- kelompok aliran
musik) baik bersifat positif maupun bersifat negatif.
1.2 Rumusan
Masalah
Berkaitan
dengan subpokok-subpokok yang akan dikaitkan dengan pemicu multikultural, yaitu
aliran-aliran musik, tentu perlu dikaji lebih dalam subpokok-subpokok tersebut
agar dapat dikaitkan dengan multikulturalisme, sehingga akan ada rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana hakikat manusia dalam
pembentukan multikulturalisme?
2.
Apa
pengertian multikulturalisme, kelompok sosial, dan musik?
3.
Bagaimana multikultural kelompok aliran musik di Kabupaten Batang?
4.
Apakah multikultural menyebabkan masalah- masalah sosial?
5.
Bagaimana menanggapi masalah-masalah yang terjadi akibat multikultural kelompok- kelompok aliran musik di Kabupaten
Batang?
1.3 Tujuan
dan Manfaat Penulisan
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Sosiologi Indonesia dan menanggapi dampak
multikultural aliran musik di
Kabupaten Batang. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk
memperkaya wawasan pembaca tentang multikuluralisme aliran musik dan mengajak para pembaca untuk peduli dan ikut
mencoba memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul akibat isu-isu
multikulturalisme aliran musik yang mengkotak-kotakan pengemarnya (membentuk
kelompok-kelompok).
4.4 Metode
Penulisan
Penyusun
memakai metode kepustakaan dan literatur dalam penyusunan makalah ini.
Referensi didapat tidak hanya dari buku tapi juga dari media-media lain seperti
internet.
1.5 Sistematika
Penulisan
Makalah ini
disusun dengan pembagian tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan
bab penutup. Adapun pada bab pendahuluan terdiri dari: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode peulisan, dan sistematika
penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi-bagi lagi berdasarkan subpokok-subpokok
yang akan dikaitkan dengan multikltural kelompok aliran musik. Bab penutup
terbagi dua menjadi kesimpulan dan saran.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
Manusia.
Manusia
sebagai satuan terkecil dari masyarakat memiliki tingkatan interaksi, pertama
dengan diri sendiri, kemudian dengan sesamanya, dan lalu interaksi-interaksi
tersebut yang membangun kebudayaan manusia tersebut. Kemudian, tiap satuan
individu yang berada dalam masyarakat tersebut akhirnya membentuk budaya
tertentu yang akan menjadi ciri khas dari daerah atau kelompok masyarakat yang
mereka diami. Setelah berinteraksi dengan sesamanya dalam rumpun yang sama,
masih ada tingkatan berikut lagi yaitu untuk berinteraksi dengan
kelompok-kelompok masyarakat lain yang tiap individunya membangun kebudayaan
berbeda. Indonesia sebagai bangsa yang sangat multikultur tentu menyebabkan
tiap manusia yang mendiaminya terkadang harus membangun suatu hubungan yang
sehat antar tiap kultur yang berbeda-beda. Sehingga pemahaman tentang
multikulturalisme harus ditanamkan pada tiap-tiap warganya agar tidak terjadi
konflik dalam keberagaman ini.
2.2 Multikulturalisme,
Kelompok Sosial, dan Musik
2.2.1
Multikulturalisme
Pengertian dari multikulturalisme adalah suatu paham
yang mengakui dan menghargai adanya suatu keragaman atau suatu kondisi
multikultur. Di dalam multikulturalisme,
sering terjadi isu-isu berkaitan dengan perbedaan-perbedaan dala keragaman yang
sering menyebabkan kesalahpahaman.
Isu-isu multikulturalisme umumnya
terjadi karena tuntutan suatu kelompok tertentu akan pengakuan di dalam suatu
komunitas plural, dan juga terjadi karena tidak semua orang paham dengan konsep-konsep
multikulturalisme.
2.2.2 Kelompok Sosial
·
Menurut Soerjono
Soekanto :
Himpunan
atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling hubungan
diantara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
·
Menurut Mayor Polak :
Sejumlah
orang yang saling berhubungan dalam sebuah struktur
·
Menurut Robert K.
Merton :
Sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
Sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
·
Menurut Mac Iver &
Charles H.Page:
Himpunan atau
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, yang bersifat mempengaruhi dan
saling menolong.
2.2.3 Musik dan Aliran Musik
Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian,
musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik
terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi
budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki
bentuk yang khas, baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.
Demikian juga yang terjadi pada musik dalam kebudayaan masyarakat melayu. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602). Aliran musik adalah
pengelompokan jenis musik berdasarkan kesamaan
instrumental.
2.3 Multikultural
Kelompok Aliran Musik di Kabupaten Batang
Kemajemukan kelompok aliran
musik di Kabupaten Batang disebabkan karena adanya bermacam-macam aliran musik
di tanah air. Kelompok aliran musik di Kabupaten Batang meliputi,
kelompok-kelompok genre musik yang meliputi; pop, rock, punk, metal atau
underground, reage dan grunge. Selain itu ada kelompok-kelompok yang penyatuan
dalam kelompoknya adalah kesamaan aliran musik yang dibawakan oleh band-band
idola dari masing-masing individu, kelompok ini meliputi; slankers, j-rockstar,
killmstreet team, party dorks, ST setia, dan outsiders. Kelompok-kelompok
tersebut biasanya berkumpul setiap sabtu malam di jalan veteran depan pendopo
kabupaten Batang. Di situ berbagai macam kelompok dan komunitas berkumpul dalam
batasan kelompok masing-masing. Tak jarang terjadi benturan-benturan yang
mengakibatkan kerusuhan, bahkan sampai terjadi kekerasan fisik. Berikut
kelompok-kelompok aliran musik di Kabupaten Batang :
2.3.1.Kelompok-kelompok Genre
musik, meliputi :
1.
Kelompok Aliran Punk
Kelompok ini mayoritas beranggotakan anak-anak
jalanan, anak-anak yang putus sekolah dan sebagian anak pelajar SMA ataupun
SMP. Solideritas dalam kelompok ini sangat tinggi, dimana pembelaan terhadap
kelompoknya sangat besar dan biasanya mereka hidup berkelompok dalam batasan
waktu yang tidak terbatas. Kebiasaannya yang buruk (minum-minuman keras,
obat-obatan terlarang atu ngepil, ngamen, dan tidur di jalanan) membuat
masyarakat umum antipati terhadap kelompok ini. Selain itu penampilan mereka
yang extrem (bertindik, style rambut mohawk, dan lain-lain) melanggar nilai
keindahan. Aliran musik ini bernuansa keras, gaya joget yang keras atau yang
biasa disebut “pugonan” oleh orang Batang, gaya joget tersebut sangat rawan
menyebabkan terjadinya benturan fisik.
2.
Kelompok Aliran Reage
Reage adalah jenis aliran musik yang mulanya
dibawakan oleh Bob Marlley dari Jamaica. Ciri khas musik ini adalah slow tapi
asik buat berdansa bagi para pengikutnya. Di Batang kelompok ini bernama “REBO”
Reage Batang Ouyee. Penampilan anggota kelompok ini yang kumuh (rambut gimbal dan
jarang mandi) dan kebiasaannya yang mengadopsi kebudayaan dari barat yaitu
berjemur di pantai (Pantai Sigandu Kabupaten Batang). Simbol dari kelompok ini
adalah warna hijau, kuning, dan merah. Disisi lain dalam kelompok ini banyak
kebiasaan-kebiasaan buruk yang merusak para anggotanya bahkan melanggar norma
hukum.
3.
Kelompok Aliran Metal dan Underground
Aliran musik
underground sering dianggap musik yang bernuansa kekerasan. Itu karena
tema-tema musiknya yang kerap mengusung tentang kematian, siksaan, neraka,
kehidupan setelah kematian, kritik, protes, dan kecaman. Terlebih dengan
kejadian di Gedung korpri
Batang, konser musik
underground yang berujung maut,
semakin mengentalkan citra negatif. Padahal sebetulnya tak
ada hubungan musik underground dengan kekerasan, apalagi menjadi penyebab
tragedi maut di Gedung korpri. Lagu bagaimana
sebetulnya perjalanan musik yang dinilai radikal ekstrem karena lirik-lirinya
yang memang jauh dari kesan indah ini?.
Awal-awal
tumbuh di kalangan anak-anak urakan itu membuat underground dikenal sebagai
aliran ekstrem. Predikat itu semakin kental ketika sejumlah konser underground
waktu itu kerap melahirkan kericuhan.
Biasanya dalam konser
musik underground muncul subgender yang mempunyai massa pendukung dan subgender
yang lainnya juga massa pendukung.
Yang
dari punk punya pendukung sendiri, yang dari metal juga punya sendiri. Awalnya
hanya ejek-ejekan, kemudian ribut di dalam. Hal seperti itu kerap terjadi,
terutama di kota-kota kecil,” seperti
Batang. “Mereka memang punya idealisme sendiri
dan mereka ingin membuktikan bahwa idealisme mereka tidak kalah juga dengan
industri musik. Dan menurut saya itu perkembangan cara berpikir dan cara
berbisnis anak-anak muda. Mereka ingin punya assosiate sendiri. Ada banyak hal
positif kok pada komunitas underground ini.
4.
Kelompok Aliran Pop dan Rock
Pop adalah jenis aliran musik yang paling
banyak memilki peminat, karena jenis musik ini merupakan aliran yang paling
populer disaat ini. Kelompok aliran musik pop biasanya lebih terkesan baik
dimata masyarakat. Nuansa musiknya yang mudah dinikmati serta liriknya yang
mengusung tema cinta membuat musik ini diminati oleh masyarakat luas.
Rock, merupakan kelompok aliran musik yang
paling menonjol dari segi gaya maupun tampilan para individunya. Kelompok rock
di Batang dicirikan dengan pakaian serba hitam dan solideritas dalam
kelompoknya yang kuat.
5.
Kelompok Aliran Grunge
Istilah
GRUNGE muncul pertama kali pada awal tahun 90-an saat Nirvana melejit
lewat singlenya Smeel Like Teen Spirits. Grunge merupakan perpaduan
antara Heavy Metal dengan Punk dengan dasar sound yang muncul ala the Stooges
dan Black Sabbath. Meski suara gitarnya mirip musik metal 70-an, tetapi
estetika Grunge jauh berbeda dari musik metal tersebut. Lirik dan musiknya
lebih mengarah ke punk dan idealisme indie seperti aliran American Hardcore
awal ‘80-an. Kelompok grunge di Batang
beranggotakan oleh orang-orang yang sudah dewasa, kurang lebih umur 30an. Dan
interaksinya untuk bertatap muka intensitasnya sangat rendah.
2.3.2.Kelompok-kelompok yang
integrasinya dari Band-band populer :
1.
Roban slankers
Roban Slankers merupakan kelompok aliran musik
yang anggotanya terbesar di Batang. Pengkoordinasian pada kelompok ini terbagi
atas wilayah kecamatan di Kabupaten Batang dan disatukan dalam koordinator
kabupaten. Solideritas kelompok ini sangat tinggi, hal tersebut dikarenakan
lirik-lirik lagu band Slank yang mengusung tema-tema tentang kehidupan seperti
; makan gak makan asal kumpul, generasi biru dan slank plur.
2.
Party Dorks Batang
Kelompok ini merupakan kelompok yang
anggotanya mayoritas pelajar SMA. Dilihat dari segi interaksi dengan kelompok
lain ataupun masyarakat, kelompok ini
merupakan kelompok yang paling anarki, shingga kelompok ini banyak mendapatkan
musuh baik dari kelompok-kelompok lain maupun masyarakat umum.
3.
Veirania Batang
Veirania adalah kelompok
yang terbentuk dari ikatan fans band veira. Dimana dalam kelompok ini anggotanya
didominasi oleh wanita. Perkumpulan pada kelompok ini biasanya dilakukan setiap
hari sabtu dari pukul 16.00 sampai 22.00. di jalan veteran depan pendopo
Kabupaten Batang. Eksistensinya sekarang ini mulai menurun, dikarenakan
sebagian besar anggotanya berada di luar kota.
4.
BJSC Batang J-Rock Star Community
BJSC merupakan kelompok yang terbentuk dari
adanya kesamaan para individu yang menyukai band J-ROCK “Japanese Rock”. Kelompok
ini dicirikan dengan gaya anggotanya harajuku (style rambut).
5.
Roban Killmstreetteam
Kelompok ini merupakan kelompok yang terbentuk
karena pengaruh dari band baru yang membawa nuansa musik berbeda dari band-band
sebelumnya yang ada diIndonesia, band tersebut yaitu Killingme Inside dengan
aliran musiknya “hardcore”. Di Batang kelompok ini memiliki sentimenitas yang
tinggi terhadap kelompok Party Dorks. Hal tersebut dipicu karena adanya
penghiatan yang dilakukan vokalis PW Gaskin terhadap Band Killingme Inside.
2.4 Masalah-masalah
Akibat Multikultural Kelompok Aliran Musik di Kabupaten Batang
Kemajemukan
kelompok-kelompok aliran musik menyebabkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hal tersebut dipicu karena adanya
perbedaan-perbedaan antara kelompok.
2.4.1. Masalah-maslah pada kelompok aliran musik di Kabupaten Batang
1.
Tingginya sentimenitas antar kelompok.
Perbedaan-perbedaan yang ada
antar kelompok sering kali menyebabkan kerusuhan, hal tersebut biasanya dimulai
dengan adanya rasa sentimen dari satu kelompok terhadap kelompok lain maupun
beberapa kelompok terhadap satu kelompok. Kelompok yang menganggap dirinya
adalah yang terbaik, biasanya yang menjadi pemicu munculnya sikap sentimenitas
kelompok-kelompok lain.
2.
Adanya diskriminasi kelompok minoritas
Kelompok yang anggotanya minoritas sering kali
mendapatkan banyak tekanan dari kelompok mayoritas. Perlakuan tidak baik dan
anggapan dari kelompok mayoritas bahwa kelompok minoritas itu buruk, jelek, dan
celaan-celaan yang mengusik ketentraman kelompok minoritas menjadi pemicu
terjadinya konflik pada kelompok-kelompok tersebut. Salah satu bentuk
diskriminasi yang dilakukan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas
adalah pemblokiran tempat yang biasanya untuk berkumpul.
3.
Saling ejek antar kelompok
Jenis aliran musik di Batang,
musik masih "mengkotak-kotakan"
dan sering kali menyebabkan konflik, contoh kecil :
Kelompok Underground dengan
kelompok yang penikmat musik Hiphop, disaat mereka
berkumpul (kadang) mereka saling nyerang.
A(Underground):yo yo wassa bro! hiphop yo!
B(Hiphop):apaan si lo? musik
lo sampah men! teriak teriak gak jelas gitu!
A:loh! daripada musik
lo orangnya pada pake bling-bling kayak juragan ketoprak!
B: @#!$%!! POKOKNYA GUE
GASUKA MUSIK LO! MAMAM TUH TERIAK-TERIAK! TERIAK AJAH TERUS SAMPE TALI SUARA LO
KUSUT!
A: !@#$%!! BODO AMAT!
LO MAMAM JUGA TUH MUSIK LO YANG SOK TAJIR! RANTAI KAPAL DIKALUNGIN DI LEHER!
(alhasil
kedua kelompok berantem karena hanya berbeda musik)
padahal kedua
kelompok tersebut sama-sama orang yang menikmati musik!dan
mereka berkarya! bukannya bersatu membuat sebuah karya yang fenomenal tapi malah berantem saling membela
musik yang mereka nikmatin.
4.
Tawuran antar kelompok
Rasa sentimen yang ada dalam masing-masing
kelompok dengan perbedaan-perbedaan yang ada didalamnya, meruoakan salah satu
pemicu terjadinya konflik tawuran. Tawuran biasanya terjadi pada saat acara
konser musik di alun-alun Kabupaten Batang. Salah satu contohnya adalah tawuran
antar kelompok punk dan kelompok reage pada konser band Shaggy Dog malam tahun
baru 2011 yang lalu.
5.
Rendahnya rasa toleransi
Dengan adanya
perbedaan-perbedaan yang menyebabkan terjadinya berbagai konflik, hal
tersebut berdampak pada individu-individu yang berada dalam masing-masing
kelompok merasa saling dendam, tidak ada keinginan untuk bersatu dengan
kelompok lain.
2.42. Masalah- masalah pada masyarakat
1.
Situasi publik yang kurang nyaman
Dengan adanya
kelompok-kelompok aliran musik yang berkumpul di Jalan veteran Kabupaten
Batang, menyebabkan situasi keamanan di tempat tersebut kurang nyaman baik bagi
kelompok maupun masyarakat umum. Hal tersebut dikarenakan sering terjadinya
konflik yang berujung pada kerusuhan dan menyebabkan kekerasan fisik.
2.
Meningkatnya kenakalan remaja
Kebiasaan-kebiasaan yang ada
dalam kelompok aliran musik pada umumnya masih menyimpang pada norma-norma yang
ada dalam masyarakat. Anggota kelompok yang mayoritas beranggotakan pelajar
(remaja) menyebabkan rawannya terjadi penurunan moral pada dirinya.
3.
Kumuhnya fasilitas umum
Sikap yang tidak ramah terhadap lingkungan
sering kali menjadi kebiasaan-kebiasaan dari kelompok-kelompok tersebut. Hal
itu ditunjukan dengan berbagai prilaku mereka, diantaranya;
1.
Membuang sampah tidak pada tempatnya
2.
Membuang air kecil di sembarang tempat
3.
Merusak lampu penerangan jalan atau lampu hiasan kota.
2.5 Cara Menanggapi Masalah-masalah Sosial
Akibat Multikultural Kelompok Aliran Musik di Kabupaten Batang
Untuk menghadapi dampak-dampak negatif
multikulturalisme kelompok aliran musik di
Batang harus ada kesadaran dari diri masing-masing bahwa aliran musik baik maupun buruk berasal dari budi,
kekuatan, dan kecerdasan akal manusia. Selain itu
untuk menanggapi kemajemukan pada kelompok-kelompok aliran musik di kabupaten
Batang diperlukan beberapa solusi, diantaranya sebagai berikut:
1.
Dibentuknya suatu wadah
penyatuan dari berbagai kelompok aliran musik. Wadah tersebut dapat berupa
sebuah lembaga sosial yang dibimbing oleh Dewan Kesenian Kabupaten Batang. Sehingga
intraksi antar kelompok dapat terjaga keharmonisannya.
2.
Adanya pengendalian
preventif dari lembaga kemasyarakatan
atau penegak hukum untuk mencegah terjadinya kerusuhan antar kelompok.
3.
Pada umumnya kelompok-kelompok
ini beranggotakan para pelajar, sehingga perlunya pendidikan multikultural pada
masyarakat, khususnya bagi pelajar Kabupaten Batang.
4.
Menumbuhkan rasa toleransi
pada masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menanamkan etika
kemajemukan pada masyarakat.
5.
Pengawasan secara intens oleh
lembaga kepolisian dalam acara all
genre.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Multikultural Kelompok Aliran Musik adalah suatu keadaan dimana terjadi pebedaan-perbedaan antar kelompok yang didasari oleh
adanya perbedaan aliran musik. Untuk
mengatasi hal tersebut, pentingnya dicanangkan pendidikan
multikulturalisme sejak dini agar dapat meminimalisir konflik yang terjadi.
Pendidikan multikulturalisme sendiri tidak hanya diberikan pada sekolah-sekolah
atau perguruan tinggi saja, tapi juga harus diterapkan dalam setiap aktivitas
masyarakat. Di dalam pendidikan multikulturalisme harus diberi pemahaman
mengenai hakikat manusia dalam masyarakat sehingga dapat menjadi jembatan untuk
menyisipkan pengetahuan bahwa perbedaan-perbedaan
yang ada dalam masyarakat bukanlah suatu hal yang patut
dipermasalahkan. Akhlak yang baik, budi pekerti, nilai-nilai cinta kasih,
kebersmaan dan keadilan harus dijunjung tinggi untuk menunjang agar etika
kemajemukan dapat berjalan dengan baik.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah Kabupaten
Batang harus
secepatnya mencanangkan
suatu program pendidikan yang berorientasi kepada pendidikan multikulturalisme. Dan pemerintah juga harus dengan sigap menangani
permasalahan multikultural kelompok aliran
musik agar tidak terjadi kerusuhan dan kekerasaan seperti halnya tawuran pada saat konser musik perayaan hari
jadi Kabupaten Batang.
DAFTAR PUSTAKA
·
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada
·
Pratama, Anugrah Putra.2008.Etika Kemajemukan, Norma Sosial dan Norma.
·
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar