Kamis, 19 September 2013

Ketika "aku" CINTA "kamu"

Ketika "aku" CINTA "kamu"

Cinta?
Bukan sesuatu barang yang nyata, berada di dalam diri seseorang yang berlandaskan kekuatan batin (suci), serta didorong oleh panca indra yang dimilikinya guna memenuhi "kebahagiaan" dirinya maupun orang lain.

Dari pengertian diatas, bahwa cinta bisa terjadi karena beberapa hal:
1. keyakinan hati "aku" yang membutuhkan "kamu", tanpa adanya penjelasan yang nyata.
2. "aku" dengan panca indra "ku" ; mata melihat "kamu", telinga mendengar "kamu", hidung mencium "kamu", kulit menyentuh "kamu", dan lidah merasakan "kamu".

Berbeda halnya dengan proses terjadinya cinta, proses tersebut melalui berbagai media maupun kontak langsung, yang mana didalamnya ada hubungan timbal balik yang relatif terus menerus.

Jumat, 06 September 2013

PERUBAHAN MODE JILBAB DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERSPEKTIF PEMAKAIAN JILBAB (PKM-AI Didanai 2013)



PERUBAHAN MODE JILBAB DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERSPEKTIF PEMAKAIAN JILBAB
( Kasus Pada Mahasiswi Jurusan Sosiologi dan Antropologi Unnes)

Abdul Ghofur                         (Universitas Negeri Semarang)
ABSTRAK
Jilbab telah menjadi sebuah tren dalam dunia mode, dengan berbagai modifikasi, para perempuan eksekutif muda  dan kalangan mahasiswi nyaman untuk memakainya. Saat ini makna jilbab telah mengalami pseudo/false identity (identitas tipuan) , di mana para pengguna jilbab masih menginginkan untuk menunjukkan kesan sebagai perempuan baik-baik  yang santun, ramah, berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Dari permasalahan tersebut menunjukan pentingnya dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dan perspektif masyarakat mengenai perubahan mode jilbab. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dapat diperoleh hasil bahwa mode jilbab baru yang telah terintegrasi dalam masyarakat, mempengaruhi pada perubahan-perubahan yang sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah pengguna jilbab, motivasi, dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri. Perspektif masyarakat terhadap perkembangan jilbab saat ini yang makin variatif tidak menjadikan permasalahan walaupun tidak memperhatikan prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran syari’at islam, dikarenakan  jilbab  lebih fungsional.
Kata Kunci : perubahan, mode, jilbab, perspektif
ABSTRACT
The veil  has became a trend on the fashion of world,with the various modifications, young executive women and students comfort to wear it. Now, the meaning of the veil has suffered / false identity ( pseudo ), in which the user of the veil want to show the impressionas well mannered women and friendly, but on the other side they are just opposite of it.The issue shows the importance of the studies about the influence and perspective public of change of veil mode.By using the qualitative method research get the result that new mode of the veil that has been integrate in society influence of the change of immaterial side like as pattern of veil user behavior, raising of quantity of veil user, motivation, and the meaning of own veil.The veil more functional because development perspective of veil user isn’t pay attention of veil function actually.
Keywords: change, mode, veil, perspective

PENDAHULUAN
Masyarakat itu dinamis dan yang statis itu adalah perubahannya. Artinya bahwa masyarakat senantiasa bergerak menuju suatu perubahan, tidak ada satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan, dan perubahan itu akan selalu ada dalam masyarakat. Perubahn yang ada dalam masyarakat disebut juga sebagai perubahan sosial dan budaya. Karena pada dasarnya masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, begitupun sebaliknya budaya merupakan hasil dari masyarakat.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi hal-hal yang sifatnya sangat kompleks. Ketika suatu perubahan terjadi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan lainnya. Dari perubahan yang sifatnya sangat dasar yaitu perubahan pada kebudayaan material akan mempengaruhi pada tingkah laku, kemudian dari perubahan pola prilaku tersebut akan berpengaruh pada perubahan sistem ide atau sistem gagasan.
Jilbab telah menjadi sebuah tren dalam dunia mode, dengan modifikasi di sana-sini (bahkan mungkin telah melenceng dari konsep dasarnya), para perempuan eksekutif muda pun dan mahasiswi nyaman untuk memakainya. Saat ini makna jilbab telah mengalami pseudo/false identity (identitas tipuan), di mana para pengguna jilbab masih menginginkan untuk menunjukkan kesan sebagai perempuan baik-baik  yang santun, ramah, berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Kebutuhan untuk dianggap “baik” di dalam masyarakatlah yang mendorong sebagian perempuan untuk menggunakan jilbab. Perda-perda mengenai peraturan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah pun mulai ramai digalakkan di berbagai daerah, terutama yang mayoritas Muslim penduduknya untuk meningkatkan kesadaran remaja akan ilmu agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jilbab sebagai simbol Islam telah memberi pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat.
Melihat perkembangan jilbab yang ada di Indonesia menunjukan dimana perubahan terjadi dari tahap ke tahap dengan kurun waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pandangan para penganut Teori Fungsionalis. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat lebih mengedepankan akan fungsi dari pada kultur atau nilai dan norma yang ada di masyarakat itu sendiri. Benda yang dianggap lebih berfungsi akan sangat mudah diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini adalah perubahan mode jilbab yang sekarang ini sudah tidak sesuai dengan criteria dan ketentuan hukum islam.
Akhir-akhir ini di  Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Universita Negeri Semarang, terjadi banyak perubahan, mulai dari cara mahasiswi berpakain maupun cara mereka berpikir. Salah satu wujud nyata perubahan tersebut adalah individu-individu mahasiswi yang dulunya tidak memakai jilbab baru-baru ini mulai mengenakan kerudung atau jilbab. Perubahan ini terjadi secara bertahap dari satu individu ke individu yang lainnya, sebenarnya ada apa dibalik kenyataan itu. Mungkinkah mereka benar-benar ingin mendekatkan diri pada sang maha Esa dengan cara mengenakan jilbab, atau adakah faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk mengenakan kerudung atau jilbab.
Berdasarkan latar belakang diatas, diperlukan penelitian untuk mendapatkan kebenaran yang terjadi dalam masyarakat. Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain untuk mengetahui perubahan mode jilbab dan pengaruhnya terhadap pergeseran fungsi jilbab pada mahasiswi Jurusan Sosiologi dan Antropologi Unnes. Dengan maksud untuk menambah wawasan pembaca mengenai pengaruh perubahan fungsi jilbab dan perspektif para pemakainya.
METODE PENELITIAN
Lokasi dalam penelitian ini adalah Gedung C.2 Jurusan Sosiologi dan Antropologi Universitas Negeri Semarang, Gunung Pati, Semarang. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data dalam hasil penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer, menurut Sugiyono (2008:51) adala data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara. Penulis memperoleh data primer dari hasil observasi dan wawancara dengan informan di Jurusan Sosiologi dan antropologi Universitas Negeri Semarang pada tanggal 26 Mei sampai 20 Juni 2012. Sedangkan data sekunder merupakan data tambahan yang berupa informasi untuk melengkapi data primer. Penulis memperoleh data sekunder dari: (1) beberapa literature yang relevan dengan fokus penelitian dan pembahasan; (2) foto-foto aktivitas dan kebiasaan mahaiswi, dan file yang dianggap mendukung penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) observasi, dilakukan dengan cara penulis mengoptimalkan dirinya untuk mengamati kehidupan dan kebiasaan informan secara langsung. Bachtiar (dalam Koentjaraningrat, 1983:108) menyatakan bahwa kegiatan pengamatan meliputi memandang, melihat, dan mengenali lingkungan yang bertujuan untuk memeroleh pengetahuan yang diinginkan berdasarkan sasaran penelitian yang telah ditetapkan, yaitu fokus penelitian. Peneliti mengamati jilbab yang dikenakan mahasiswi, pakaian (celana, baju, termasuk memegang jenis kain), dan pola prilaku serta sikap mahasiswi. (2) wawancara, Vredenbregt (1978: 84) mengungkapkan bahwa wawancara merupakan kegiatan mengumpulkan data mengenai sikap dan kelakuan, pengamalan, cita-cita, dan harapan manusia seperti yang dikemukakan oleh responden atas pertanyaan peneliti. Teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memeroleh informasi lebih mendalam, mengungkap perspektif dari mahasiswi mengenai tujuan penelitian; 3) dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menambahkan data-data tambahan sebagai penguat data primer dan sekunder. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto aktivitas dan kebiasaan informan, dan file yang dianggap mendukung penelitian.  Penelitian ini menggunakan analisis data Miles (1992:85) yaitu: reduksi data, penyajian data, dan menarik simpulan atau verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Mode Jilbab
Melihat perkembangan jilbab yang ada di Indonesia menunjukan dimana perubahan terjadi dari tahap ke tahap dengan kurun waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pandangan para penganut Teori Fungsionalis. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.
William F. Ogburn, mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsure-unsur immaterial (Soerjono Soekanto 2006:262). Dari definisi tersebut dapat digambarkan melalui perubahan model jilbab (materil) dan pengaruhnya terhadap pola prilaku, motivasi, dan makna (immaterial) pemakaian jilbab.

Perkembangan jilbab pada masyarakat Indonesia merupakan perubahan yang terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Perubahan pada mode jilbab sebagai akibat adanya kemampuan manusia dalam bentuk inovasi kebudayaan (jilbab). Perubahan bentuk jilbab dari bentuk-bentuk sederhana yang masih sesuai dengan ajaran islam bergeser kedalam bentuk mode yang simple, praktis, dan lebih mengutamakan aspek keindahan daripada jilbab sebagai penutup aurat.
 Perubahan jilbab tersebut pada dasarnya telah mengacaukan hukum -hukum islam yang ada di dalam masyarakat. Jilbab-jilbab yang beredar dalam masyarakat tidak dapat lagi dikatakan sebagai alat untuk menutup aurat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan mode jilbab yang semakin bervariasi tersebut memberikan banyak manfaat dalam masyarakat (mempercantik penampilan, praktis, sopan, dan elegan) sehingga jilbab tersebut dapat terintegrasi atau diterima di kalangan masyarakat.
Mode jilbab yang modis dan beragam selain diterima dalam masyarakat, juga meningkatkan jumlah pemakainya. Modelnya yang semakin bervariasi dan modis menyebabkan individu-individu dalam masyarakat ingin mengenakannya. Apalagi sekarang ini dengan cuaca yang panas, sebagian mahasiswi mengenakan jilbab saat pergi kuliah dengan alasan agar tidak panas. Hal ini membuktikan bahwa jilbab di zaman sekarang memiliki banyak fungsi. Tidak peduli fungsi awal (sebagai penutup aurat), perkembangan jilbab mampu melewati tahapan kritis (kurang diterima oleh masyarakat karena dianggap melanggar syari’at islam), namun karena perubahan jilbab baru lebih fungsional dari yang sebelumnya, sehingga jilbab tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik.
Perubahan mode jilbab (kebudayaan materi) telah merubah pola prilaku manusia dan kemudian pola pikirnya (ide/gagasan). Perubahan dalam kebudayaan materi (mode jilbab) dari bentuk yang sederhana (dimana bentuk jilbab masih sesuai dengan ajaran nilai-nilai islam) ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan bervariasi sehingga menyimpang dari ajaran islam, menyebabkan pola prilaku dari manusia yang mengenakan jilbab tersebut menjadi bergeser serta pola pikir terhadap makna yang ada dalam penggunaan jilbab juga berubah.
Pergeseran prilaku pemakai jilbab, dimana dahulu pemakai jilbab adalah wanita yang beretika baik, segala prilakunya mencerminkan seorang muslim yang taat pada agama. Cara berpakaian mereka benar-benar menutup aurat sebagaimana dianjurkan oleh syari’at islam. Melihat kenyataan yang terjadi, sekarang ini prilaku pemakai jilbab sudah tidak lagi menunjukan bahwa jilbab itu sebagai simbol keimanan. Mereka yang mengenakan jilbab masih menggunakan pakaian-pakaian ketat sehingga kelihatan bentuk tubuhnya. Prilaku seseorang yang mengenakan jilbab hampir tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak berjilbab.
Perubahan bentuk model jilbab dari bentuk sederhana keararah yang lebih kompleks, terhambat oleh adanya nilai-nilai ajaran islam yang ada di masyarakat. Dimana model jilbab baru menyebabkan permasalahan dalam masyarakat, karena dianggap sudah menyimpang dari fungsinya sebagai penutup aurat wanita. Namun karena fungsi jilbab yang baru ternyata lebih fungsional daripada jilbab yang sebelumnya maka mode jilbab yang bervariasi tersebut dapat terintegrasi dalam masyarakat.
Ketika mode jilbab yang baru dapat diterima oleh masyarakat, maka akan berpengaruh pada perubahan-perubahan yang sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah pengguna jilbab, motivasi, dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan penelitian yang obyektif terhadap hukum-hukum yang ada di masyarakat, memberikan gambaran perubahan sosial dan kebudayaan. Pergeseran nilai, norma dan budaya dalam masyarakat dapat dipahami dengan urutan waktu, dari suatu waktu tertentu ke waktu berikutnya.
Pergeseran Perspektif Jibab
Akhir-akhir ini di  Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Universita Negeri Semarang, terjadi banyak perubahan, mulai dari cara mahasiswi berpakain maupun cara mereka berpikir. Salah satu wujud nyata perubahan tersebut adalah individu-individu mahasiswi yang dulunya tidak memakai jilbab baru-baru ini mulai mengenakan kerudung atau jilbab. Perubahan ini terjadi secara bertahap dari satu individu ke individu yang lainnya, sebenarnya ada apa dibalik kenyataan itu?. Mungkinkah mereka benar-benar ingin mendekatkan diri pada sang maha Esa dengan cara mengenakan jilbab?, atau adakah faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk mengenakan kerudung atau jilbab?.
Pada dasarnya mengenakan jilbab dilakukan oleh muslimah sebagai wujud taqwa atas perintah Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini, mereka yang sudah berjilbab ataupun yang baru-baru ini mengenakan jilbab, masih mengenakan pakaian yang menyerupai laki-laki, celana dan baju ketat menunjukan bentuk tubuh mereka, dimana seharusnya ini dilarang oleh agama islam. Bahkan mereka juga menyadari bahwa kerudung atau jilbab yang mereka pakai itu tidak sesuai dengan jilbab yang dianjurkan oleh agama islam.
Mode dari jilbab yang digunakan para mahasiswi ini bentuknya bervariasi, ada yang disebut jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), pasmina (jilbab panjang dengan berbagai macam motive), paris  (jilbab polos segi empat), maroko, dan lainnya. Beragam macam dan jenis jilbab dikenakan oleh mereka, dari yang hanya berjilbab ala kadarnya dengan bahan yang tipis dan masih keliahatan rambutnya sampai jilbab syari yang menutup penuh aurat mereka.
Kebiasaan masyarakat atau khususnya mahasiswi yang termakan jaman menjadikan mereka gandrung trend fashion yang sedang “hits” saat ini, tidak peduli lagi dengan fungsi jilbab itu sendiri. Tidak usah heran apabila kita temukan di sebuah artikel majalah fashion remaja wanita yang mengulas bagaimana jilbab juga bisa tetap mengikuti trend fashion saat ini dengan aksesoris juga jenis baju/celana yang jauh dari busana muslimah (jilbab) ideal yang sesungguhnya. Walaupun sering dipaksakan namun pada kenyataanya para wanita muslimah di masyarakat banyak yang mengikuti trend tersebut. Entah karena takut ketinggalan jaman atau sekedar hanya ikut-ikutan karena kurangnya pemahaman yang menyeluruh akan artinya jilbab di dalam agama Islam.
Pada awalnya, jilbab berfungsi untuk menutup aurat yang harus dikenakana secara konsisten, akan tetapi dari hasil penelitian ditemukan adanya pergeseran fungsi jilbab yang dikenakan oleh mahasiswi saat ini. Jilbab dipakai karena praktis, hemat, melindungi kepala dari panas matahari dan modis dengan keragaman variasi. Hal ini menunjukan adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Selo Soemarjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono Soekanto 2006:263).
Perubahan dari pergeseran fungsi jilbab yang sampai di kalangan mahasiswi yaitu terletak pada orientasi pemakaian jilbab serta perubahan pada nilai, sikap dan pola prilaku individu pemakai jilbab yang diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai islam ke dalam diri sehingga lebih baik dari individu-individu yang tidak memakai jilbab.
Meningkatnya jumlah pemakai jilbab, khususnya di kalangan mahasiswi, menunjukan adanya perubahan kondisi masyarakat sebagai akibat dari kemajuan kemampuan manusia dalam menemukan hal baru yang diminati  masyarakat yaitu melalui kemampuan mendesain model jilbab yang menarik individu untuk memakai. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan sosial yang dijelaskan oleh Gillil dan Gillin yang mengatakan bahwa perubahan sosial  sebagai bagian variasi-variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat (Soerjono Soekanto 2006:263).
Dari teori yang dikemukakan oleh Gillil dan Gillin, menunjukan pada contoh jilbab yang digunakan oleh mahasiswi di lingkungan kampus, khususnya jurusan sosiologi dan antropologi, model dan bentuk jilbab sangat beragam. Jenis model jilbab yang banyak dipakai oleh mahasiswi antara lain jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), jilbab kecil dengan dimasukan ke dalam baju hem, jilbab kecil dililitkan leher yang dipadukan dengan kaos pendek berdeker serta celana panjang. Sedangkan jika dilihat dari kriteria jilbab yang dikemukakan oleh Syeikh Muhammad Nashirudin Al Bani ada tujuh yaitu (1) menutup seluru tubuh kecuali muka dan telapak tangan, (2) bukan berfungsi sebagai model pakaian, (3) kain tebal tidak transparan, (4) longgar atau tidak ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh, (5) tidak menyerupai pakaian laki-laki, (6) tidak menyerupai pakaian jahiliyah, (7) bukan pakaian popularitas. Dengan demikian bentuk dan jenis jilbab yang dipakai oleh sebagian besar mahasiswi sekarang ini belum sesuai dengan aturan syari’at islam. Pada dasarnya variasi jilbab tidak menjadi permasalahan selama model jilbab memperhatikan aturan kriteria jilbab yang sesuai dengan ajaran islam. Namun sekarang ini hal tersebut sudah tidak dipermasalahkan oleh sebagian besar mahasiswi. Mereka menganggap bahwa jilbab adalah fashion yang mempercantik penampilan, bukan masalah ketika tidak sesuai dengan ketentuan islam lagi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan jilbab yang dilakukan oleh mahasiswi pada saat ini telah mengalami pergeseran fungsi. Jilbab dipakai karena praktis, hemat dan modis dengan keragaman variasi. Walapun jilbab sudah banyak dipakai dan jumlahnyapun makin meningkat dari waktu ke waktu oleh sebagian besar mahasiswi tetapi bentuk dari jilbab yang dipakai belum memenuhi kriteria aturan jilbab yang sesuai dengan ajaran islam. Seperti halnya jilbab yang digunakan oleh sebagian besar mahasiswi Jurusan Sosiologi dan Antropologi Universitas Negeri Semarang dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
SIMPULAN
Perubahan mode jilbab menyebabkan kontradiksi dalam masyarakat, namun karena perubahan tersebut lebih fungsional dari sebelumnya sehingga perubahan dapat diterima oleh masyarakat. Mode jilbab baru yang telah terintegrasi dalam masyarakat, memerpengaruhi pada perubahan-perubahan yang sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah pengguna jilbab, motivasi, dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri.
Penggunaan jilbab telah mengalami perubahan fungsi dan makna, jilbab dipakai karena kepraktisan dan image (sopan, ramah, dan berbudaya) dalam pemakaiannya. Hal ini jika dikaitkan dengan fungsi awal jilbab yaitu untuk menutup aurat wanita kecuali muka dan telapak tangan dengan memperhatikan aturan kriteria yang diatur dalam syari’at islam, akan tetapi pada saat ini kurang diperhatikan oleh individu pemakai jilbab. Perspektif masyarakat terhadap perkembangan jilbab saat ini yang makin variatif tidak menjadikan permasalahan walaupun tidak memperhatikan prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran syari’at islam, dikarenakan jilbab lebih fungsional.
Ucapan Terima Kasih         
Penulis mengucapkan terimakasih kepada: (1) Drs. M.S. Mustofa, M.A. selaku ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes; (2) Nurul Fatimah, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing penulisan artikel ilmiah; dan (3) Seluruh pihak yang telah turut membatu terlesesaikannya penulisan artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
Miles dan Hebberman. 1992. Rohidi (Terjemahan). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan; pendekatan kauntitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Vredenbregt, J. 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.

contoh Proposal peringatan HUT RI ke-68



A.    PENDAHULUAN
“Lebih baik mati daripada hidup terjajah” merupakan semboyan pejuang Indonesia dalam menghadapi penjajah. Lebih dari 350 tahun bangsa kita tidak sedikit harta, benda, nyawa, dan keluarga yang mereka korbankan demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. perang terjadi diseluruh daerah Indonesia. Anak kecil, wanita dan manula menjadi korban. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat pahlawan untuk terus berjuang. Semangat juang tersebut sudah sepatutnya kita jaga dan lestarikan pada generasi penerus bangsa ini.
Juma’t, 17 Agustus 1945 pada bulan ramadhan, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan kepada dunia. Proklamasi yang dibacakan oleh presiden Soekarno dan didampingi oleh Bung Hatta menjadi tanda kemerdekaan negara ini. Mengibarkan sang saka merah putih hasil jahitan ibu Fatmawati merupakan simbol bahwa Indonesia telah bebas dari belengu penjajah. Setelah 68 tahun kemerdekaan kita raih, sudah sepatutnya sebagai penerus pejuang bangsa untuk memperingati, mengingat dan melanjutkan perjuangan para pahlawan. Tidak perlu berperang secara fisik, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melanjutkan cita-cita para pahlawan dan mewujudkan Indonesia yang merdeka dari penjajah baik itu dari luar maupun penjajah dari dalam berupa kemiskinan, kebodohan, masalah kesehatan, dan lingkungan. Mengingat dampak globalisasi yang semakin tajam, tentunya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia harus lebih ditekankan kembali.
Salah satu hal yang ingin kami wujudkan dalam meneruskan cita-cita pahlawan tersebut adalah dengan mengajak masyarakat Dukuh Bantongan Desa Kalisalak agar sadar akan karakter bangsa, kesehatan, kepedulian pada lingkungan, dan kepedulian antar sesama. Harapan kami dengan adanya kegiatan ini adalah masyarakat bisa semakin sadar pada hal-hal tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

B.     NAMA KEGIATAN
Nama kegiatan ini adalah PERINGATAN HUT RI KE- 68, dengan tema “Menumbuhkan Semangat Kemerdekaan di Era Globalisasi”

C.    TUJUAN KEGIATAN
1.      Memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-68.
2.      Menumbuhkan kembali jati diri bangsa Indonesia.
3.      Memberikan wadah terhadap warga dalam kompetisi yang sehat.
4.      Meningkatkan kreativitas dan apresiasi warga Dukuh Bantongan Desa Kalisalak.
5.      Mempererat tali persaudaraan antar warga Dukuh Bantongan Desa Kalisalak Batang.


D.    BENTUK KEGIATAN

Lomba untuk Anak
1.      Lomba Pidato Kemerdekaan
2.      Lomba Kelereng
3.      Lomba Makan Kerupuk
4.      Lomba Memasukan Paku dalam Botol
Lomba untuk Umum
  1. Lomba Balap Karung
  2. Lomba Gigit Koin
  3. Lomba Pecah Kendi
  4. Lomba Balap Egrang
Lomba untuk Dewasa
  1. Lomba Memasukan Benang dalam Jarum
  2. Lomba Glinding Cepon
  3. Lomba Menyanyi
  4. Lomba Balap Nyungi Tampah

E.     WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada;
Hari dan tanggal   : Sabtu, 17 Agustus 2013
Waktu                   : 10.00- selesai
Tempat                  : Halaman Mushola Arroki’in Dukuh Bantongan Desa Kalisalak.
F.     SASARAN KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah warga Dukuh Bantongan Rt 03/ Rw 03 Desa Kalisalak Kecamatan Batang Kabupaten Batang.


G.    ANGGARAN DANA
Pemasukan
Dana Kas Dukuh                          : Rp. 200.000,00
Permohonan Bantuan                    : Rp. 300.000,00
Total                                                  : Rp. 500.000,00

Pengeluaran
Hadiah Lomba
  1. Buku 5 pack @20.000                        : Rp. 100.000,00
  2. Bolpoin 1 Pack                        : Rp.   10.000,00
  3. Sarimi 3 Dus @40.000            : Rp. 120.000,00
Perlengkapan Lomba
  1. Capon  3 buah @ 20.000         : Rp. 60.000,00
  2. Tampah 3 buah @12000         : Rp. 36.000,00
  3. Krupuk 1 paket                       : Rp. 15.000,00
  4. Rafia                                       : Rp.   5.000,00
  5. Plastik ½ kg                           : Rp.   6.000,00
  6. Pewarna                                  : Rp.   2.000,00
  7. Uang logam                             : Rp. 25.000,00
  8. Jarum                                       : Rp.   2.000,00
  9. Benang                                    : Rp.   2.000,00
Konsumsi
  1. Teh 1 Teko 2 kali                    : Rp. 30.000,00
  2. Cemilan                                   : Rp. 75.000,00
  3. Juri                                          : Rp.   7.000,00
Total                                                  : Rp. 500.000,00
Saldo                                                 : Rp. 0,00
H.    PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun dan ajukan, kami harapkan dukungan lembaga, instansi, maupun pribadi agar kegiatan ini dapat dilaksanakan sesuai rencana dan mendapatkan hasil yang maksimal serta bermanfaat bagi kita semua. atas perhatian dan dukungannya kami sampaikan terimakasih.

                                                                                                Batang, 10 Agustus 2013
Ketua Panitia                                                                          Sekretaris                               



Waryanto                                                                                Anas Samsudin

Mengetahui,

Ketua Rt 03/ Rw 03                                                                Ketua KURBAN
Dukuh Bantongan



Muhtarom                                                                               Nur Hadi                                                                                









Lampiran I

SUSUNAN KEPANITIAAN
PERINGATAN HUT RI KE-68 DUKUH BANTONGAN
DESA KALISALAK BATANG


Penasihat                     : Muhtarom
                                      Ketua Rt 03/ Rw 03 Dukuh Bantongan Kalisalak
Penanggung Jawab     : Nur Hadi
                                      Ketua KURBAN
Ketua Panitia              : Waryanto
Sekretaris                    : Anas Samsudin
Bendahara                   : Sutekno
  Krisdianto
Humas                         : Saiful Huda
                                      Supriono
                                      Aci Priyadi
                                      Intan Pratiwi
                                      Sukadi
  Mauluji
Sie Acara                     : Sugeng Purnomo
                                      Sulistiyono
                                      Komariyah
Sie Perlengkapan         : Turmudi
                                      Zamroni
Sie Konsumsi              : Warjuki






Lampiran 2
DAFTAR DONATUR
NO
NAMA
ALAMAT
DONASI
TANDA TANAGAN
1




2




3




4




5




6




7




8




9




10




11




12




13




14




15




16




17




18




19




20




21




22




23




24




25