Sabtu, 30 Maret 2013

PARADIGMA DAN PENELITIAN

Karena Kita Tak Pernah Tahu
* Abdul Ghofur

Dalam mempelajari Teori Sosiologi, hal yang pertama kali dikenalkan oleh bapak/ibu dosen kepada kita adalah paradigma. Saudara masih ingatkan apa itu Paradigma Sosiologi?. Saya yakin saudara masih ingat dengan baik apa itu  paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan prilaku sosial. Begitu juga dengan tokoh-tokoh dan teori-teori yang ada dalam ketiga paradigma tersebut, saya yakin saudara sudah menghafalkannya dengan amat baik. Mungkin jika ada yang lupa, bisa kok lihat tabel di bawah ini:

Paradigma
Gambaran dasar pokok permasalahan
Teori
Metode
Eksemplar

FAKTA SOSIAL
Obyek :
·         Eksternal
·         Memaksa
·         Umum
STRUKTURAL FUNGSIONAL, KONFLIK, Teori Sistem, dan Teori Sosiologi Makro
Metode Survei dengan Kuesioner dan wawancara
EMILE DURKHEIM
The Rules of Sociological Method, dan Suicide

DEFINISI SOSIAL
Subyek :
·         internal
·         bebas
·         khusus
·         TINDAKAN (Weber, Parsons), INTERAKSIONISME SIMBOLIK (Weber, Mac Iver, Mead, Cooley,Thomas, Blumer), SOSIOLOGI FENOMENOLOGI (Weber,Schutz,Garfink)
Observasi /Pengamatan,

Interpretative-understanding/ verstehen (pemahaman)
MAX WEBER
Tindakan Sosial

PERILAKU SOSIAL
Perilaku manusia deterministik: penghargaan dan hukuman
PERILAKU (Burgers & Bushell, Homans)
Teori Sosiologi Behavioral, dan Pertukaran (exchange teory)
Eksperimen
B.F.SKINNER
Perilaku Sosial
 Sumber : ngutak-atiek bukune wonk.
Gimana, sudah ingat kembali pastinya J. Sekarang, coba kita telaah yuk, sebenarnya apa sih itu paradigma?, kenapa juga kita harus mempelajari paradigma, toh alat analisis untuk penelitian kita  menggunakan Teori? “gak ada kan bab kajian paradigma dalam penulisan skripsi”.hmmmmm bingung gak?, atau bingung banget, Aku juga.. L
Thomas Kuhn dalam karyanya berjudul The Structure of Scientific Revolution memperkenalkan istilah Paradigma. Menurutnya, paradigma adalah satu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Mengembangkan dari konsep tersebut, saya mencoba mencurahkan pikiran saya ( INGAT  jangan percaya). Opini saya, Paradigma  Sosiologi adalah suatu sudut pandang dasar yang melatarbelakangi pemikiran peneliti dalam menginterpretasikan kejadian-kejadian di masyarakat sebagai pusat kajiannya. Mengutip dari Ritzer, dalam buku hasil saduran Alimandan versi terjemahan yang berjudul “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”. Dalam buku itu, Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam disiplin sosiologi.
Paradigma pertama adalah Fakta Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Emile Durkheim, seorang sosiolog “integrasi sosial” asal Perancis, melalui dua karyanya, The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Dapat kita lihat tabel diatas, gambaran dasar pokok permasalahan paradigma ini dipandang sebagai obyek : eksternal, memaksa, dan umum. Durkheim membangun konsep fakta sosial yang kemudian diterapkannya dalam mempelajari gejala bunuh diri, dan dimaksudkan untuk memisahkan sosiologi dari arena psikologi dan filsafat. Menurut Durkheim, fakta sosial harus dinyatakan sebagai sesuatu yang berada diluar individu dan bersifat memaksa. Ada dua tipe dasar dari fakta sosial, yakni : struktur sosial dan pranata sosial. Paradigma ini memandang tindakan individu sebagai tindakan yang ditentukan oleh norma-norma, nilai-nilai, serta struktur sosial.
Paradigma kedua adalah Definisi Sosial, yang dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa tindakan sosial (social action). Weber tertarik pada makna subyektif yang diberikan individu terhadap tindakan mereka, dan tidak tertarik untuk mempelajari fakta sosial yang bersifat makro seperti struktur sosial dan pranata sosial. Bagi Weber yang menjadi pokok persoalan sosiologi adalah proses pendefinisian sosial dan akibat-akibat dari suatu aksi serta interaksi sosial. Paradigma ini secara pasti memandang individu sebagai orang yang aktif menciptakan kehidupan sosialnya sendiri, sementara struktur dan pranata sosial hanya merupakan kerangka tempat proses pendefinisian sosial dan proses interaksi berlangsung.
Paradigma ketiga adalah Perilaku Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh B. F. Skiner dengan meminjam pendekatan behaviorisme dari ilmu psikologi (behavioral of man and contingencies of reinforcement). Paradigma perilaku sosial menetapkan pokok persoalan sosiologi adalah perilaku atau tingkah laku dan kemungkinan perulangannya, serta memusatkan perhatiannya kepada hubungan saling pengaruh antara individu dan lingkungannya, atau dengan kata lain tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan. Pandangan ini lebih mengarahkan pendekatannya pada psikologi, dimana Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviourisme ke dalam sosiologi. Teori, gagasan, dan praktek yang dilakukannya telah memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behaviour.
Pengetahuan tentang adanya tiga paradigma ini berkaitan dengan penganutan dalam mempelajari konsep-konsep dan Teori-teori Sosiologi Klasik. Sebagai salah satu contoh, teori konflik dan teori fungsionalisme struktural. Sepintas konsep-konsep yang ada diantara keduanya terkesan bertentangan, namun jika ditelaah lebih dalam ternyata teori fungsionalisme struktural dan teori  konflik lebih banyak kesamaannya ketimbang perbedaannya, karena keduanya tercakup dalam satu paradigma (paradigma fakta sosial). Menjadi jelas disini bahwa dalam mempelajari sosiologi dan melakukan pendekatan dengan menggunakan konsep-konsep sosiologi, kita harus memahami benar tentang keragaman konsep yang muncul, serta pendekatan-pendekatan yang nampaknya bertentangan, serta kemungkinan adanya perbedaan paradigma yang mungkin menjadi penyebabnya.
Mendengar Curcol Ibu Dosen kita tercinta ( Bu Lilis, saat menguji skripsi), “ Mengapa saudara menggunakan teori….dalam penalitian saudara?”, jawaban mahasiswa, ”Karena teori tersebut BERKAITAN dengan …..penelitian saya”. Menurut beliau pertanyaan tersebut selalu terjawab dengan kata BERKAITAN, sepertinya sudah menjadi “PITAKON KUBUR” bagi mahasiswa. Memang jawaban tersebut tidak salah, akan tetapi seolah-olah teori hanyalah sebuah dogma yang tidak memerlukan penjelasan dan tidak mampu menjelaskan kenyataan sosial. Padahal, pada dasarnya teori dibangun dari aksioma/postulat (suatu kebenaran yang tidak memerlukan pembuktian), asumsi (dugaan dasar yang dapat diterima), proposisi (rancangan usulan), hipotesis (dugaan yang harus dibuktikan kebenarannya), Penelitian (cara ilmiah untuk menguji hipotesis), konsep (ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret), penelitian lagi, dan jadilah teori (pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi).
Lalu bagaimana agar “PITAKON KUBUR” bisa terjawab dengan tepat?. Kembali lagi ke pembahasan awal,mengapa kita harus memahami paradigma?. Dalam tulisan ini saya berpendapat bahwa pentingnya mempelajari paradigma yaitu untuk memudahkan peneliti menentukan landasan teori yang tepat dalam penelitian. Dengan memahami paradigma, kita dapat memilah dan memilih paradigma yang sesuai dengan kajian/objek penelitian, menentukan teori (formal theory and substantif theory) yang tepat, serta konsep-konsep untuk menjelaskan kenyataan sosial. Insaallah “pitakon kubur” tidak lagi menjadi permasalahan klasik buat kita… Amien…

NB:
ü  Menerima kritik dan saran untuk perbaikan tulisan ini (kalau ada ejekan dalam bahasa krama inggil ya).
ü  Bagi yang tertarik maupun yang biasa aja dengan tulisan ini, datang yuh ke acara diskusi mingguan,  kita kupas bareng-bareng mengenai paradigma sosiologi.
ü  Menuju SosAnt yang berbasis lokal berwawasan internasional.

Minggu, 24 Maret 2013

PKM M LOLOS 2012


logo unnes


USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ALAT PERAGA DARI BUBUR KERTAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR
( Praktik Pembuatan dan Penerapan Alat Peraga Multikultural berupa Tempat Ibadah, Rumah Adat, Alat dan Kesenian Daerah di SD Negeri Kalisalak Batang)


BIDANG KEGIATAN :
PKM-M

Diusulkan Oleh:

1.   ABDUL GHOFUR                         (3401411127/2011)
2.   MIHDA NABA RIZQI                   (3401411174/2011)
3.   AJI KUSUMA WARDANI           (3401412084/2012)
4.   UMAR HIDAYATULLAH           (3401411155/2011)
5.   ALFIARDY MUHARVA              (3401411074/2011)


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KOTASEMARANG
2012
IMG_0001.edit.jpg
DAFTAR ISI

HALAMAN KULIT MUKA.......................................................................             i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................             ii
DAFTAR ISI.................................................................................................             iii
LATARBELAKANG MASALAH..............................................................             1
PERUMUSAN MASALAH.........................................................................             3
TUJUAN.......................................................................................................             3
LUARAN YANG DIHARAPKAN............................................................             4
KEGUNAAN................................................................................................             4
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN...............................             4
METODE PELAKSANAAN.......................................................................             6
1.      PERSIAPAN.....................................................................................             6
2.      PELAKSANAAN.............................................................................             6
3.      PASCA PELAKSANAAN..............................................................             7
JADWAL KEGIATAN................................................................................             7
RANCANGAN BIAYA..............................................................................             8
LAMPIRAN..................................................................................................             9
1.      BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK...............             9
2.      BIODATA DOSEN PENDAMPING..............................................             10
3.      PETA LOKASI PELAKSANAAN PKM-M...................................             11
4.      SURAT PERNYATAAN KERJASAMA........................................             12
5.      RINCIAN BIAYA...........................................................................             13























A.   

 
LATARBELAKANG MASALAH
Dalam dunia pendidikan dikenal tiga teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme. Ketiga teori tersebut didasarkan pada bagaimana cara siswa mendapatkan pengetahuan. Pertama adalah teori belajar behavioristik, teori ini beranggapan belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Bisa dikatakan dalam teori ini untuk mendapatkan pengetahuan siswa diberikan pelajaran secara terus menerus, contohnya untuk belajar menghitung luas persegi dan persegi panjang siswa diminta atau disuruh untuk menghafalkan rumus dan berulang-ulang mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Teori belajar yang kedua adalah teori belajar kognitif dalam teori ini siswa dianjurkan untuk belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.Teori yang ketiga adalah teori konstruktivis. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri pengetahuaannya. Satu prinsip yang paling penting dalam teori konstruktivis adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Teori belajar kognitif berpendapat bahwa siswa SD haruslah belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa SD (usia 6-12 tahun) berada pada tahap berpikir operasional kongkrit. Pada tahap ini intinya untuk belajar siswa harus disediakan benda-benda atau peristiwa yang nyata. Siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya. Kemudian didasarkan pada teori belajar konstruktivis memberikan peluang pada siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya.
Konsekuensi dan penerapan dari kedua teori belajar diatas, yaitu kognitif dan konstruktivis adalah guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa adalah subyek dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran menjadi sangat penting, karena selain sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih berpikir operasional kongkret dengan penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk belajar dan menemukan sendiri pengetahuaannya. Media pembelajaran yang dihadirkan guru akan mampu membangun ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya. Bagi siswa SD penggunaan media pembelajaran mampu meningkatkan minat siswa serta menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Keberadaan alat peraga di sekolah biasanya digunakan untuk menunjang proses pembelajaran bidang mata pelajaran ipa dan matematika. Alat peraga tersebut berupa tabung, balok, kerucut, kerangka manusia dan sebagainya. Namun keberadaan alat peraga pembelajaran dalam bidang mata pelajaran IPS belum memadai. Sehingga siswa kurang bisa memahami kandungan pembelajaran yang diajarkan. Untuk itu pengadaan alat peraga dalam pembelajaran IPS termasuk nilai-nilai multikultural pada sekolah dasar sangat penting karena kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki struktrur bersifat majemuk, dimana kompleks kebudayaan bersifat plural (jamak) sekaligus juga hetrogen (aneka ragam). Pluralitas sebagai kontraposisi dari simularitas menimbulkan adanya situasi yang terdiri dari kejamakan bukan ketunggalan. Artinya, dalam masyarakat Indonesia dapat dijumpai berbagai sub-kelompok masyarakat yang tidak bisa disatu kelompokan satu dengan yang lainnya. Tidak kurang dari 500 suku bangsa di Indonesia menegaskan kenyataan itu. Demikian pula dengan kebudayaan mereka. Heterogenitas yang merupakan kontraposisi dari homogenitas mengindikasikan suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya. Artinya, masing-masing sub-kelompok masyarakat itu berserta kebudayaannya benar-benar berbeda satu dari yang lainnya tapi masih dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Banyaknya penyimpangan perilaku siswa di sekolah maupun masyarakat disebabkan demi menjaga gengsi atau kehormatan masing-masing, maka persahabatan, toleran dan norma-norma menjadi lemah, yang terjadi malah sebaliknya ingin menang sendiri dan pahamnyalah yang harus dianggap paling benar. Masing-masing kelompok dengan latarbelakang suku, budaya dan agama yang sama berusaha melakukan indoktrinasi untuk memperkuat fanatik golongan. Berbagai kasus tawuran antarsekolah maupun antarkelompok remaja mewarnai kehidupan di Indonesia sekarang ini. Sudah banyak korban akibat dari adanya kasus-kasus tersebut. Hal itu disebabkan karena siswa kurang dapat memahami subtansi dari pembelajaran multikutural di sekolah.  Untuk itu kami bermaksud mencanangkan sebuah program dengan upaya mengendalikan secara preventif masalah-masalah tersebut, yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai dasar multikultural pada peserta didik jenjang sekolah dasar menggunakan alat peraga pendidikan di SD Negeri Kalisalak Batang.

C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimana memanfaatkan kertas bekas sebagai media pembelajaran multikultural?
2.      Alat peraga apa sajakah yang dapat digunakan untuk penanaman serta pengembangan nilai-niali multikultural pada jenjang sekolah dasar?
3.      Bagaimana pelaksanaan serta penggunaan alat peraga untuk menanamkan nilai-nilai dasar multikultural?

D. TUJUAN
Tujuan digunakannya alat peraga sebagai penanaman nilai multikultural adalah untuk menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai multikultural peserta didik di sekolah dasar sebagai berikut :
1.      Memanfaatkan kertas bekas sebagai media pembelajaran
2.      Menggunakan alat peraga yang tepat sebagai media pembelajaran untuk merasang aspek kognitif serta pemahaman mengenai nilai-nilai dasar multikultural peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar.
3.      Melaksanakan dan menerapkan alat peraga pendidikan di SD Negeri Kalisalak Batang.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
1.      Alat peraga sebagai media pembelajaran nilai-nilai multikultural yang memadai.
2.      Terciptanya media pembelajaran berupa ragam tempat ibadah, rumah adat, alat dan kesenian daerah untuk pengembangan pendidikan.
3.      Memantapkan jati diri dan intlektual peserta didik yang sejalan dengan nilai-nilai multikultural.
4.      Sebagai media penyalur kreatifitas peserta didik dalam ber-ekperimen, untuk mendapatkan materi pembelajaran dan informasi ilmiah lainnya.
5.      Timbulnya kesadaraan akan pentingnya budaya hidup rukun dan damai.
6.      Meningkatkan semangat belajar peserta didik.

F. KEGUNAAN
1.      Dapat memberikan kemudahaan bagi peserta didik dalam prose pembelajaran, khususnya memahami nilai-nilai multikultural.
2.      Memberikan kemudahan pada pendidik dalam proses pembelajaran.
3.      Untuk meningkatkan wawasan dan kemampaun peserta didik dalam kreativitas dan penalaran pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
4.      Media pembelajaran dan peralatan lainnya dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
5.      Peserta didik mampu mengimplementasikan ilmu dalam kehidupan bermasyarakat.
6.      Tertanamnya nilai-nilai multikultural sejak dini pada diri siswa.

G. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
SD Negeri Kalisalak beralamat di jalan Tentara Pelajar No. 22 RT 01 RW IV Desa Kalisalak Batang, Jawa Tengah.  Terletak diantara perkampungan masyarakat asli desa Kalisalak dan perumahan nasional yang dihuni oleh masyarakat pendatang. SD Negeri Kalisalak ini merupakan satu-satunya sekolah dasar yang ada di Desa Kalisalak, yang mana merupakan sekolah dasar yang menjadi pilihan utama warga Desa Kalisalak.
Di SD Negeri Kalisalak terdapat peserta didik yang latarbelakang keluarganya sangat bervariasi, sebagian besar mereka dari masyarakat asli desa dan sebagian lainnya merupakan masyarakat warga pendatang. Kondisi ini menyebabkan munculnya heterogenitas peserta didik di sekolah. Perbedaan peserta didik itu meliputi perbedaan agama, golongan keluarga, suku, dan perbedaan-perbedaan lainnya baik yang bersifat horizontal maupun vertical.
Peserta didik yang latarbelakang  keluarganya dari masyarakat asli desa, kebanyakan masih memiliki stereotip terhadap temannya dari latarbelakang masyarakat pendatang. Sementara pada peserta didik yang latarbelakang keluarganya dari masyarakat pendatang juga memiliki pandangan bahwa teman mereka yang berasal dari masyarakat asli desa merupakan anak kampungan yang tidak pantas untuk dijadikan teman. Hal tersebut memicu terjadinya konflik antar individu maupun kelompok pada peserta didik.
Selain  itu peserta didik di SD Negeri Kalisalak juga merupakan generasi remaja masyarakat Batang. Melihat kondisi remaja di Batang saat ini, dimana tawuran remaja sering terjadi baik antar sekolah ataupun antar kelompok. Tawuran ini sering terjadi pada saat kompetisi antar sekolah (antar supporter) maupun di acara-acara konser music yang diadakan di alun-alun Batang. Dengan kondisi masyarakat yang seperti itu maka diperlukannya sebuah solusi yang tepat untuk menanganinya.
Minimnya alat peraga pendidikan di SD Negeri Kalisalak menjadi kendala dalam proses pembelajaran di sekolah. Apalagi alat peraga yang bisa menjelaskan akan pentingnya nilai-nilai multikultural, tidak satupun yang dimiliki oleh sekolah. Padahal peserta didik pada jenjang sekolah dasar lebih menyukai hal-hal yang konkret, dimana mereka belum bisa untuk memahami penjelasan-penjelasan panjang (metode ceramah). Untuk itu sangat diperlukan suatu alat peraga sebagai media pembelajaran nilai-nilai multikultural di SD Negeri Kalisalak.
Keunggulan peserta didik SD Negeri Kalisalak
a.       Letak SD Negeri Kalisalak yang setrategis, yaitu diantara masyarakat asli desa dan masyarakat pendatang..
b.       Jumlah peserta relatif banyak, yaitu 240 siswa.
c.       Siswa memiliki kreatifitas yang tinggi.
d.      Latarbelakang keluarga peserta didik dari berbagai golongan, sehingga sangat diperlukan pemahaman nilai multikultur pada diri siswa.
e.       Suasana pendidikan yang tenang dan nyaman.

H. METODE PELAKSANAAN
Tahap-tahap pelaksanaan program penerapan alat peraga sebagai media penanaman nilai multikultural di SD Negeri Kalisalak kecamatan Batang Kabupaten Batang, meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.    Persiapan
Kegiatan persiapan ini meliputi
a.       Persiapan alat meliputi ember, kuas, gunting, pengungkit (tang), palu,  gunting besi, amplas, kompor, gergaji.
b.     Persiapan bahan meliputi ; kertas bekas,  kawat, , gabus, cat minyak, triplek, lem, tepung kanji, air, dan modul sosialisasi.
c.      Pembuatan alat peraga dari bahan dasar kertas bekas.
d.     Sosialisasi pelaksanaan program.
2.    Pelaksanaan Program
a.    Mengembangkan alat peraga sebagai media pembelajaran multikultural pada peserta didik, dilakukan dengan cara;
-       Mengadakan alat peraga yang memiliki makna multikultural, meliputi; tempat ibadah, rumah adat, alat dan kesenian daerah.
-       Mengadakan buku modul nilai-nilai dasar multikultural.
-       Praktik pembelajaran dengan media alat peraga.
b.   Penanaman nilai multikultural pada peserta didik, dilakaukan dengan cara;
-       Peserta didik mendefinisikan alat peraga dan makna yang ada didalamnya.
-       Kegiatan outbond dalam lingkungan sekolah; pos toleransi, pos praktik pembuatan alat peraga, pos tanggungjawab, pos kepribadian, dan pos permainan.
-       Lomba menggambar dan membuat kerajinan dengan barang bekas dengan tema multikultural.
3.    Pasca pelaksanaan program
a.    Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
-          Tingkat perkembangan minat peserta didik pada alat peraga pendidikan.
-          Efektifitas media pembelajaran (alat peraga) terhadap pemahaman nilai-nilai multikultural peserta didik di SD Negeri Kalisalak Batang.
-          Tingkat semangat belajar siswa.
-          Evaluasi dilakukan dengan cara tes tertulis, wawancara, dan observasi.
b.    Penyusunan Laporan
Laporan disusun setelah pelaksanaan seluruh program selesai dilaksanakan.

I.     JADWAL KEGIATAN
     Tabel. 1 Jadwal Kegiatan
No
Kegiatan
Bulan
I
II
III
IV
1.
Perencanaan Program
XX



2.

Persiapan dan Sosialisasi Program
XXXX

XXXX




3.
Pelaksanaan Program

XXXX
XXXX
XX
4.
Evaluasi Program


XXXX
XXX
5.
Penyusunan Laporan


XXX
XX
6.
Penyerahan Laporan Akhir



XX
J.      RANCANGAN BIAYA
Tabel. 2  Rekapitulasi Biaya
No
Jenis Pengeluaran
Jumlah
1.
Pembelian Alat dan Bahan
Rp. 7.740.000,00
2.
Konsumsi
Rp. 250.000,00
3.
Pelaksanaan Kegiatan
Rp. 650.000,00
4.
Dokumentasi
Rp. 950.000,00
5.
Sewa
Rp. 750.000,00
6.
Akomodasi
Rp. 670.000,00
7.
Penyusunan Laporan
Rp. 290.000,00
8.
Lain-lain
Rp. 1.200.000,00
Jumlah
Rp. 12.500.000,00







IMG_0003.jpg
IMG_0002.jpg
1.      Peta Lokasi SD Negeri Kalisalak

Untitled.jpg





















pernyataan kerjasama.jpg



1.      Rincian Biaya
1)      Pembelian Alat dan Bahan
No
Nama Barang
Banyaknya
Harga Satuan
Jumlah
1.
Kertas bekas
200 kg
Rp. 1.500,00
Rp.    300.000,00
2.
Tepung kanji
50 kg
Rp. 8.000,00
Rp.    400.000,00
3
Triplek
10 unit
Rp. 75.000,00
Rp.    750.000,00
4.
Kawat jarring
20 m2
Rp.  15.000,00
Rp.    300.000,00
3.
Lem kayu
10 buah
Rp. 10.000,00
Rp.    100.000,00
4.
Kawat
5 unit
Rp. 42.000,00
Rp.    220.000,00
5.
Ember
5 unit
Rp. 20.000,00
Rp.    100.000,00
6.
Kuali
1 unit
Rp. 125.000,00
Rp.    125.000,00
5.
Gas LPG
2 unit
Rp. 100.000,00
Rp.    200.000,00
6.
Cat minyak
10 set
Rp. 50.000,00
Rp.    500.000,00
7.
Gabus
10
Rp. 45.000,00
Rp.    450.000,00
8.
Cat Gabus
2 lusin
Rp. 110.000,00
Rp     220.000,00
9.
Kompor
1 buah
Rp. 750.000,00
Rp.    750.000,00
10.
Kertas HVS
2 rim
Rp. 40.000,00
Rp.      80.000,00
11.
Almari
2 unit
Rp. 1.500.000,00
Rp. 3.000.000,00
12.
Amplas
-
Rp. 245.000,00
Rp. 245.000,00
Jumlah
Rp. 7.740.000,00

2)      Konsumsi
No
Nama Barang
Banyaknya
Harga Satuan
Jumlah
1.
Snack outbond
50 buah
Rp. 5.000,00
Rp. 250.000,00
Jumlah
Rp. 250.000,00



3)      Pelaksanaan Kegiatan
No
Nama Barang
Bannyaknya
Harga Satuan
Jumlah
1.
Foto copy modul pembelajaran
50 buah
Rp. 5.000,00
Rp. 250.000,00
2.
Pemateri
2 orang
Rp. 200.000,00
Rp. 400.000,00
Jumlah
Rp. 650.000,00

4)      Dokumentasi
No
Nama Barang
Banyaknya
Harga Satuan
Jumlah
1.
Sewa camdick dan handycam
2 buah
Rp. 200.000,00
Rp. 400.000,00
2.
Cuci cetak film
-
-
Rp. 150.000,00
3.
Kaset video
2 buah
Rp. 50.000,00
Rp. 100.000,00
4.
Transfer kaset ke CD + copy
-
-
Rp. 300.000,00
Jumlah
Rp. 950.000,00

5)      Sewa
No
Nama Barang
Banyaknya
Harga Satuan
Jumlah
1.
LCD
1 unit @3X
Rp. 250.000,00
Rp. 750.000,00
Jumlah
Rp. 750.000,00

6)      Akomodasi
No
Nama Barang
Banyaknuya
Harga Satuan
Jumlah
1.
Pra kegiatan
-
-
Rp. 70.000,00
2.
Pelaksanaan Kegiatan
-
-
Rp. 500.000,00
3.
Pasca Kegiatan
-
-
Rp. 100.000,00
Jumlah
Rp.670.000,00

7)      Penyusunan Laporan
No
Nama Barang
Banyaknya
Harga Barang
Jumlah
1.
Kertas HVS
1 rim
Rp. 40.000,00
Rp. 40.000,00
2.
Tinta printer
2 buah
Rp. 25.000,00
Rp. 50.000,00
3.
Penggandaan Arsip
-
-
Rp. 200.000,00
Jumlah
Rp. 290.000,00

8)      Lain-lain
No.
Nama Barang
Banyaknya
Harga Barang
Jumlah
1.
Plakat kegiatan
1 buah
Rp. 250.000,00
Rp. 250.000,00
2.
Biner
1 buah
Rp. 120.000,00
Rp. 120.000,00
3.
MMT (bacdroup)
1 buah
Rp. 130.000,00
Rp. 130.000,00
4.
Pelaksanaa lomba
-
Rp. 500.000,00
Rp. 500.000,00
5
Biaya Takterduga
-
Rp. 200.000,00
Rp. 200.000,00
Jumlah
Rp. 1.200.000,00